KUTAI KARTANEGARA – Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Margahayu di Kecamatan Loa Kulu, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), terus menunjukkan geliat positif dalam pengelolaan unit usaha desa. Dengan berbagai inovasi dan kolaborasi strategis, BUMDes ini berhasil memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat sekaligus meningkatkan Pendapatan Asli Desa (PAD). Salah satu pencapaian terbesarnya adalah pengelolaan air bersih dan budidaya ikan lele yang kini menjadi tulang punggung ekonomi desa.
BUMDes Margahayu berhasil mengelola tiga unit usaha utama: penyediaan air bersih, toko alat tulis kantor (ATK) dan jasa percetakan, serta budidaya ikan lele. Ketiga unit ini tidak hanya memberikan pelayanan kepada warga, tetapi juga berkontribusi nyata terhadap peningkatan PAD desa. Dalam satu tahun terakhir, BUMDes telah menyumbang Rp12 juta ke kas desa dan menargetkan peningkatan hingga Rp30 juta per tahun.
Kepala Desa Margahayu, Rusdi, menjadi tokoh sentral dalam pengembangan BUMDes. Ia menjelaskan bahwa unit air bersih telah berjalan lebih dari 10 tahun, dengan sumber air berasal dari eks tambang kolam milik PT Multi Harapan Utama (MHU) yang telah diserahkan kepada desa. Sistem manajemen air kini berbasis aplikasi digital, memudahkan masyarakat mengakses layanan dengan biaya terjangkau, sekitar Rp6.000 per meter kubik.
Selain itu, unit percetakan dan toko ATK bekerja sama dengan lembaga pendidikan desa, mulai dari PAUD hingga SMA. “Dulu warga harus ke Tenggarong untuk mencetak dokumen. Sekarang semua bisa dilakukan di desa,” ujar Rusdi, (12/11/2025).
Program ini telah berjalan sejak beberapa tahun terakhir, dengan perkembangan signifikan pada 2025. Lokasi kegiatan tersebar di Desa Margahayu, Kecamatan Loa Kulu, termasuk area sekitar kantor desa yang dimanfaatkan untuk budidaya ikan lele.
Program ini lahir dari kebutuhan masyarakat terhadap layanan dasar yang mudah diakses dan terjangkau. Selain itu, desa ingin menciptakan sumber pendapatan mandiri yang berkelanjutan. “Kami ingin desa ini mandiri secara ekonomi dan mampu memenuhi kebutuhan warganya tanpa harus bergantung ke luar,” kata Rusdi.
Unit air bersih dikelola dengan sistem digital, memudahkan pencatatan dan pembayaran. Unit percetakan melayani kebutuhan dokumen pendidikan dan administrasi warga. Sementara budidaya lele dilakukan di kolam buatan yang mampu menampung hingga 30.000 ekor ikan. Hasil panen tidak hanya dijual, tetapi juga didistribusikan kepada balita kurang mampu sebagai bagian dari program penanganan stunting.
BUMDes juga memanfaatkan alokasi dana desa sebesar Rp200 juta untuk mendukung budidaya lele dan pengembangan wisata pemancingan. Kolaborasi antara pemerintah desa dan masyarakat menjadi kunci keberhasilan program ini.
BUMDes Margahayu menjadi contoh nyata bagaimana desa bisa tumbuh secara mandiri dan berkelanjutan. Dengan inovasi, kolaborasi, dan komitmen kuat, desa ini tidak hanya meningkatkan PAD, tetapi juga memperkuat ketahanan sosial dan ekonomi masyarakat. “Kami optimis BUMDes Margahayu akan terus tumbuh dan memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat,” tutup Rusdi. [] ADVERTORIAL
Admin03
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan