KUTAI KARTANEGARA – Festival Tuah Himbau yang digelar di Jalan Anggana, Kelurahan Panji, Tenggarong, resmi dibuka sebagai upaya menghidupkan kembali Museum Kayu Tuah Himbau yang dalam beberapa tahun terakhir mengalami penurunan drastis dalam jumlah kunjungan. Kegiatan yang berlangsung pada 27–29 November tersebut diinisiasi oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten (Disdikbud) Kutai Kartanegara (Kukar) dengan menghadirkan beragam rangkaian aktivitas seni, kriya budaya, pameran edukasi, serta pentas siswa dan pelaku budaya lokal.
Festival ini menjadi momentum penting bagi pemerintah daerah dalam upaya memulihkan perhatian publik terhadap keberadaan museum sebagai ruang edukasi dan pelestarian warisan budaya. Data kunjungan menunjukkan bahwa Museum Kayu kini hanya didatangi rata-rata 2–3 orang per hari, angka yang sangat jauh menurun dibandingkan masa sebelum pandemi ketika pengunjung bisa mencapai puluhan orang setiap harinya. Melalui festival ini, pemerintah berharap minat masyarakat, khususnya generasi muda, dapat kembali tumbuh sehingga museum mampu menjadi ruang publik yang hidup, inklusif, dan relevan dengan perkembangan zaman.
Upaya tersebut juga menjadi bagian dari strategi memperkuat museum sebagai pusat pembelajaran budaya yang adaptif terhadap kebutuhan modern, sekaligus menegaskan pentingnya keberlanjutan fasilitas kebudayaan agar tidak kehilangan fungsi sosial dan historisnya.
Bupati Kukar melalui Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Sekretariat Kabupaten Kukar, Ahyani Fadianur Diani, menyampaikan bahwa penyelenggaraan festival merupakan langkah strategis untuk memastikan museum terus berfungsi optimal.
“Festival ini dirancang untuk menarik minat generasi muda dan memperkuat koneksi masyarakat dengan destinasi budaya,” ucapnya saat membuka kegiatan, Kamis (27/11/2025).
Ia menegaskan pentingnya peningkatan kualitas fasilitas dan koleksi museum agar tampil lebih representatif dan mampu menarik lebih banyak pengunjung dari berbagai kalangan.
Sementara itu, Kepala Bidang Kebudayaan Disdikbud Kukar, Puji Utomo, menekankan bahwa Museum Kayu harus kembali dikenal dan diakses masyarakat. Ia mengungkapkan bahwa museum sempat mengalami masa stagnasi cukup panjang.
“Museum Kayu ini sempat mati suri. Pengunjungnya turun menjadi beberapa orang per hari, padahal dulu bisa sampai 40 orang,” bebernya.
Puji menjelaskan bahwa penyelenggaraan festival merupakan langkah awal untuk memperkenalkan kembali keberadaan museum sekaligus memperkuat identitas lokal di tengah masyarakat.
“Kami ingin menghidupkan kembali museum ini dan menunjukkan kepada masyarakat bahwa Museum Kayu masih ada dan terus berkembang,” tambahnya.
Selain rangkaian seni dan pameran budaya, festival ini juga melibatkan pelajar SMK sebagai bagian penting dari proses edukasi dan regenerasi pelestarian budaya. Puji menyebut bahwa peran pelajar bersifat strategis dalam menciptakan kesinambungan budaya dari generasi ke generasi.
“Kegiatan ini diikuti adik-adik SMK agar mereka terus berkegiatan berkesenian, berketerampilan, dan membatik, semua sesuai bidang studi mereka,” jelasnya.
Festival Tuah Himbau mendukung program prioritas Kukar Idaman Terbaik, termasuk penguatan ekonomi kreatif, pemberdayaan pengrajin lokal, serta revitalisasi fasilitas kebudayaan. Hadirnya komunitas seni, pelajar, dan pelaku ekonomi kreatif diharapkan dapat memperkuat ekosistem budaya yang berkelanjutan dan memberikan dampak sosial serta ekonomi bagi masyarakat.
Dengan terselenggaranya festival ini, Museum Kayu kembali mendapatkan sorotan publik. Pemerintah daerah berharap momentum tersebut menjadi titik awal kebangkitan museum sebagai pusat konservasi budaya, ruang edukasi, dan destinasi wisata budaya yang mampu meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap kekayaan budaya Kutai Kartanegara. [] ADVERTORIAL
Penulis: Jemi Irlanda Haikal | Penyunting: Rasidah
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan