Kekerasan di Sekolah Mengkhawatirkan, DPRD Minta Pembenahan

SAMARINDA — Seorang murid kelas IV Sekolah Dasar di Kecamatan Samarinda Seberang, Kota Samarinda, mengalami patah pada kaki kanan akibat dugaan penganiayaan yang dilakukan oleh teman satu sekolahnya. Korban yang masih berusia 10 tahun itu harus mendapatkan penanganan medis setelah peristiwa yang terjadi pada Rabu (26/11/2025).

Berdasarkan keterangan yang dihimpun, insiden tersebut bermula ketika korban mencoba menegur dua temannya yang diduga membuat salah satu siswa lain menangis. Teguran tersebut memicu emosi salah satu dari dua siswa tersebut hingga diduga membanting dan kemudian menduduki kaki kanan korban dengan kuat, yang menyebabkan tulang kakinya patah.

Peristiwa ini memantik perhatian publik dan memunculkan kritik terhadap sistem pengawasan di lingkungan sekolah dasar. Anggota Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), Syahariah Mas’ud, menilai insiden tersebut menunjukkan lemahnya kontrol dan pengawasan guru di sekolah.

“Guru bukan hanya mengajar, tetapi juga mengawasi. Bagaimana mungkin perkelahian hingga menyebabkan patah tulang terjadi tanpa sepengetahuan guru? Ini menunjukkan adanya kelemahan dalam sistem pendidikan kita,” ujar Syahariah kepada awak media saat ditemui di kantor DPRD Kaltim, Jalan Teuku Umar, Samarinda, Jumat (05/12/2025).

Menurut Syahariah, kasus kekerasan di lingkungan sekolah harus disikapi dengan serius. Ia menegaskan bahwa Komisi IV DPRD Kaltim akan memanggil Dinas Pendidikan untuk membahas langkah-langkah strategis terkait peningkatan pengawasan serta penanganan kasus kekerasan di lingkungan pendidikan.

“Kami akan mengangkat persoalan ini dalam rapat komisi. Kekerasan di sekolah tidak boleh dianggap sepele, apalagi hingga mengakibatkan cedera berat pada anak,” kata politisi Partai Golongan Karya (Golkar) tersebut.

Syahariah juga meminta Dinas Pendidikan Kaltim mengambil langkah konkret dengan memperkuat pembinaan terhadap guru melalui pelatihan khusus dan penguatan peran pendidik sebagai pengawas karakter dan perilaku siswa di sekolah.

“Kepala dinas khususnya Dinas Pendidikan coba kalau bisa ada yang namanya bimtek, semacam bimbingan untuk guru-guru memperdalam lagi tugas dan fungsi guru di sekolah,” tutur Wakil Rakyat dari daerah pemilihan Kabupaten Paser dan Penajam Paser Utara (PPU) itu.

Ia menambahkan bahwa sekolah harus menjadi lingkungan yang aman, ramah anak, dan bebas kekerasan. Menurutnya, tindakan agresif antar siswa merupakan sinyal bahaya yang perlu segera ditangani secara serius oleh semua pihak, mulai dari guru, orang tua, hingga pemerintah.

Kasus ini diharapkan menjadi momentum untuk memperbaiki sistem perlindungan anak di sekolah serta meningkatkan kesadaran bahwa pendidikan bukan hanya soal akademik, tetapi juga pembentukan karakter dan perilaku sosial. Peningkatan kualitas pengawasan dinilai penting guna menciptakan lingkungan pendidikan yang mendukung pengembangan sumber daya manusia (SDM) berintegritas dan berakhlak baik. [] ADVERTORIAL

Penulis: Guntur Riyadi | Penyunting: Rasidah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com