PARLEMENTARIA DPRD KALTIM – Misi pertama dari Visi Kalimantan Timur (Kaltim) Berdaulat adalah berdaulat dalam pembangunan sumber daya manusia yang berakhlak mulia dan berdaya saing, terutama perempuan, pemuda dan penyandang disabilitas. Namun, Fitri Maisyaroh menyebut, tidak ada follow up konkret untuk pembangunan pemuda di Kaltim.
Pandangan Fitri Maisyaroh tersebut beralasan sebab sejak Juni 2022 lalu, ia ditunjuk menjadi Wakil Ketua Panitia Khusus (Pansus) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kaltim Pembahas Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) tentang Pelayanan Pemuda.
“Lucu, gubernur kita (Isran Noor, red) punya visi misi, misi pertamanya pemberdayaan sumber daya manusia khususnya pemuda, perempuan dan disabilitas. Artinya frasa pemuda itu disebut dengan tegas, tetapi tidak ada follow up konkret dari misi tersebut, hanya redaksi saja,” ujar Sekretaris Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) saat diwawancara awak media usai mengikuti Rapat Paripurna ke-41 DPRD Kaltim, Jumat (30/09/2022).
Follow up yang konkret itu, lanjut dia, adalah masalah anggaran. Betapa banyak hal-hal yang secara fisik dibangun, tetapi lupa untuk menganggarkan pembangunan manusianya. Misinya sudah bagus, tapi realisasi dipertanyakan, apa bentuk realisasinya? Yakni anggaran yang bukan sekedar untuk program, melainkan untuk penyadaran pemuda.
Diungkapkan anggota dewan dari daerah pemilihan Kota Balikpapan ini, penyadaran pemuda tidak bisa dilakukan dengan singkat, minimal selama tiga bulan. “Problem pemuda hari ini dikarenakan penyadarannya yang kurang. Kurang itu karena orang kalau disadarkan dalam dua jam, ya dalam waktu 24 jam, apa yang disadarkan akan hilang jika tidak di-follow up,” terang Fitri Maisyaroh.
Ia mengungkapkan, dalam neurologi penyadaran itu harus dilakukan secara berkelanjutan setidaknya dalam waktu tiga bulan. “Artinya untuk melakukan pelatihan selama tiga bulan harus didukung anggaran dong. Kalau sudah diberikan penyadaran sudah terbentuk karakternya,” papar anggota dewan bergelar akademik sarjana teknik ini.
Bicara tentang apa pengembangan, lanjut dia, ada dua bentuk sasarannya, yakni soft skill dan hard skill. Menurut dia, membentuk soft skill itu tidak mudah, kalau hard skill, kalau pintar dikasih pelatihan, cepat menguasainya. Namun jika soft skill, terkadang banyak yang menguasai beberap hard skill, tetapi attitude-nya kurang.
“Nggak tahan banting, anak Kaltim nih dikasih tantangan gampang nyerah. Nah, ini yang kita maksud dengan penyadaran kurang. Kalau ada anggaran, itu harus kita kawal jangan sampai program-program itu hanya lepasan, hanya insidentil, tetapi intinya penyadaran, pengembangan dan pemberdayaan. Nah, poin penyadaran harus mendapat porsi lebih besar,” papar Fitri Maisyaroh. []
Reporter: Guntur Riyadi
Editor: Hadi Purnomo