KUTAI KARTANEGARA – Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Kutai Kartanegara (Unikarta) menggelar Studium Generale Halaqoh Fiqh Peradaban dengan tema “Maslahah Ammah Dalam Persfektif Fiqh Siyasah”, berlangsung di Gedung Kampus Universitas Kutai Kartanegara (Unikarta), Jalan Gunung Kongbeng, Tenggarong, Senin (13/11/2023).
Kegiatan ini menghadirkan Pengurus Lembaga Bahtsul Masail (LBM) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Kiai Haji Abdullah Aniq Nawawi sebagai narasumber. Peserta kegiatan ini lebih banyak dihadiri oleh mahasiswa dan dosen FAI Unikarta, di samping itu hadir juga Ketua Tanfidziyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kutai Kartanegara (Kukar) Kiai Haji Muhammad Askin Bahar, mendampingi narasumber.
Kegiatan berlangsung sangat hangat, selain pemaparan materi oleh narasumber, juga dibuka ruang tanya jawab seputar dinamika sosial, politik dan kemasyarakatan antara mahasiswa dan narasumber. Gus Aniq, sapaan narasumber, saat di wawancara setelah selesai acara, memberikan kesan yang bagus atas pelaksanaan kegiatan ini.
“Saya melihat bahwa potensi berkembangnya dinamika keilmuan di sini sangat besar, dan memang harus ada kerja sama kampus dengan pihak-pihak luar, karena itu fitrah manusia, dan saya yakin di sini banyak tokoh yang secara kualitas keilmuan luar biasa, kerja sama dengan pihak luar lebih cenderung ingin suasana baru,” kata Gus Aniq kepada media ini.
Gus Aniq menambahkan, kunci dari kemajuan itu ada tiga, yaitu kolaborasi, inovasi dan teknologi. “Kita harus berkolaborasi dengan banyak pihak, maka dari itu saya senang bisa datang ke berbagai tempat, tujuan kita silaturahmi dengan lembaga lain, harus ada kolaborasi untuk bisa diupayakan peradaban yang lebih maju,” terang Gus Aniq.
Ia berharap, ke depan diskusi yang terlaksana menimbulkan dampak positif yang dapat dirasakan dan dilihat, salah satunya dengan implementasi peran fungsi kenabian yang akhir-akhir ini hilang. “Fungsi kritik terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah yang dianggap kurang berlandaskan nilai-nilai kemaslahatan, padahal kalau kita cek sejarah para nabi itu rata-rata perlawanan terhadap kezaliman, nabi Musa melawan Fir’aun, nabi Ibrahim melawan Namrud dan sebagainya,” kata Gus Aniq.
Terpisah, Dekan FAI Unikarta Mubarak mengatakan, halaqoh fiqh peradaban di FAI Unikarta ini pertama kalinya dilakukan pada perguruan tinggi swasta, terutama yang melibatkan LBM PBNU.
“Kami ingin mahasiswa kita itu terbiasa secara dialogis, mengkaji hal-hal yang kontemporer berkaitan keislaman dan keumatan, baru hari ini bisa kita realisasikan. Mudahan ke depan itu kita akan ajak masuk LBM NU untuk bisa mengisi kajian-kajian untuk membahas permasalahan terbaru mengenai islam di FAI Unikarta,” papar Mubarak.
Ia menambahkan, keterlibatan LBM NU di kegiatan Unikarta, bukan karena masalah primordial , tetapi karena NU memiliki prinsip tawazun, punya keseimbangan dalam perspektif. “Sifat ini mau kita bawa, seperti sifat tasamuh atau toleransi dengan yang non agama Islam, jadi pengimplementasian rahmatan lil ‘alamin itu bisa kita masukkan di Unikarta, sehingga ke depan mahasiswa kita tidak ekstrem kiri, tidak ekstrem kanan,” papar Mubarak.
Kepada para mahasiswa yang menjadi peserta kuliah umum, ia berharap agar acara itu dapat memberikan cakrawala berpikir yang luas. “Sehingga pandangan-pandangan yang sifatnya harmonisasi keberagamaan, kemudian kajian keislaman yang mungkin hari ini hanya mereka lihat pada sisi Kukar, itu bisa mereka pandang lebih jauh ke depan bukan hanya di Kukar tapi di Indonesia,” tutupnya. []
Penulis: Wahyudi | Penyunting: Hadi Purnomo