Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan
SAMARINDA – SEJAK dipimpin Andi Harun selaku Wali Kota Samarinda, tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda dinilai cukup tinggi. Namun di balik itu, ternyata masih ada Pekerjaan Rumah (PR) yang harus diperhatikan Pemkot Samarinda untuk segera diatasi.
Salah satu PR tersebut adalah kemacetan yang telah menjadi keluhan sebagian masyarakat Kota Samarinda. Banyaknya jumlah kendaraan serta bertambahnya pertumbuhan penduduk, tak mampu diimbangi dengan penambahan ruas jalan. Membuat lalu lintas di Kota Tepian seolah kian semrawut.
Hal ini rupanya tak luput dari penilaian Lembaga Survei Indonesia (LSI) Denny JA. Berdasarkan hasil survei lembaga ini, ada sebanyak 51,4 persen ketidakpuasan masyarakat terhadap kemacetan di Kota Samarinda.
Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) dan sekaligus pengamat lalu lintas Fakultas Teknik Universitas Mulawarman (Unmul) Tiopan Henry Manto Gultom memberikan analisisnya, terkait faktor-faktor yang menyebabkan kemacetan di Samarinda.
Salah satu faktor utama, menurut Tiopan ialah, Kota Samarinda tidak di desain untuk menjadi kota metropolitan. Dengan jumlah penduduk lebih dari 800 ribu jiwa yang tercatat di Badan Pusat Statistik (BPS), ruas jalan serta jaringan jalan di Samarinda tidak memadai untuk menampung jumlah kendaraan yang banyak.
“Itu yang tercatat di BPS ya, belum yang tidak tercatat. Ditambah lagi jumlah kepemilikan kendaraan yang juga cukup tinggi serta lebar jalan yang tidak standar, menjadi faktor utama kemacetan,” ungkapnya.
Oleh karena itu, Tiopan menawarkan solusi untuk mengatasi kemacetan dengan memberikan edukasi kepada pengendara muda dan penegakan aturan lalu lintas yang lebih tegas lagi.
“Saya yakin dan optimis, bahwa dengan kerjasama serta komitmen dari semua pihak, kemacetan di Samarinda bisa dapat teratasi dalam waktu singkat,” ucapnya. []
Penulis: Rangga Satria | Penyunting: Agus P Sarjono
