TENGGARONG – SEBUAH workshop yang bertujuan mendukung anak-anak dengan disleksia digelar di Perpustakaan Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), Sabtu (7/9/2024). Kegiatan tersebut merupakan bagian dari roadshow Gerakan Bhineka Tunggal Ika yang diinisiasi oleh Miss Laurentia Mira, dilaksanakan di 25 kota/kabupaten di 11 provinsi.
Pada kesempatan itu, Kepala Sekolah Bina Harapan Bangsa Syarifah Rizka Yuniar menegaskan, disleksia bukanlah penyakit atau ketidakmampuan, melainkan cara berpikir yang berbeda.
“Anak-anak dengan disleksia bukan disable, mereka hanya berpikir dengan cara yang berbeda. Ini adalah salah satu bentuk neurodivergensi, di mana otak berkembang dengan jalur yang berbeda,” ungkap perempuan yang akrab disapa Miss Rizka ini.
Menurutnya, anak-anak disleksia sering merasa terisolasi dan kesepian karena kurangnya pemahaman dari lingkungan sekitar.
“Kita harus menyadari bahwa masa depan Indonesia, terutama di tahun 2045, ada di tangan mereka. Anak-anak ini hanya perlu ditemukan, bukan dipaksa untuk berubah,” tambah Miss Rizka yang juga seorang penyandang disleksia.
Sekolah Bina Harapan Bangsa sendiri terpilih menjadi kolaborator dalam gerakan ini setelah melalui beberapa tahapan seleksi. Miss Rizka mengingatkan, penting untuk menciptakan lingkungan yang inklusif bagi anak-anak dengan disleksia. Di mana mereka bisa berkembang sesuai dengan keunikan mereka.
Workshop itu sendiri melibatkan para guru dan orang tua, yang diharapkan dapat lebih memahami cara mendukung anak-anak dengan disleksia di sekolah dan di rumah. []
Penulis: Nur Rahma Putri Aprilia | Penyunting: Agus P Sarjono