Budidaya Magot Dorong Ekonomi Lokal di Kukar

KUTAI KARTANEGARA – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kutai Kartanegara (Kukar) terus mendorong percepatan pengembangan budidaya magot sebagai strategi memperkuat ketahanan pangan sekaligus membuka peluang ekonomi baru berbasis pemanfaatan limbah organik. Program tersebut dinilai menjadi salah satu langkah konkret menciptakan inovasi ekonomi sirkular yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Upaya ini sejalan dengan visi pembangunan Kukar Idaman Terbaik, yang menekankan peningkatan kemandirian desa, mendorong kreativitas sektor UMKM, serta memperkuat komitmen pengelolaan lingkungan yang bertanggung jawab. Pemanfaatan magot dinilai sebagai terobosan yang mampu memberikan manfaat ekonomi secara langsung kepada masyarakat.

Sekretaris Daerah Kukar, Sunggono, menyampaikan bahwa meningkatnya volume limbah organik dari rumah tangga, pasar, dan sekolah harus diolah secara tepat agar tidak hanya menjadi beban lingkungan. Menurutnya, pemanfaatan limbah organik melalui budidaya magot merupakan peluang ekonomi yang menjanjikan dan prospektif.

“Budidaya magot bukan hanya solusi untuk mengatasi sampah organik, tetapi juga dapat menjadi komoditas yang bernilai jual tinggi. Banyak peternak membutuhkan pakan alternatif yang lebih ekonomis dan magot menjawab kebutuhan itu,” ungkap Sunggono di Tenggarong, Minggu (30/11/2025).

Magot dari jenis Black Soldier Fly (BSF) dikenal memiliki kandungan protein tinggi dan menjadi alternatif pakan unggas serta ikan yang efisien dan ramah lingkungan. Dengan proses budidaya yang sederhana, modal relatif kecil, dan mudah diterapkan pada skala rumah tangga maupun kelompok usaha desa, sektor ini berpotensi tumbuh pesat dan memberdayakan masyarakat.

Berdasarkan data pemerintah daerah, program Makanan Bergizi Gratis yang berjalan di berbagai sekolah di Kukar menghasilkan volume limbah organik cukup besar setiap hari. Limbah tersebut dapat langsung menjadi bahan baku budidaya magot tanpa proses panjang, sehingga memberikan ketersediaan pakan yang murah bagi peternak.

“Bayangkan, setiap sekolah menghasilkan sisa makanan. Jika ini dimanfaatkan, masyarakat tidak lagi kesulitan mencari bahan baku untuk budidaya magot,” tambah Sunggono.

Pemkab Kukar juga sedang mempersiapkan integrasi antara budidaya magot dan rencana pembangunan kandang ayam petelur di berbagai kecamatan. Dengan adanya suplai magot dari masyarakat, biaya pakan ayam dapat ditekan secara signifikan dan membuka mata rantai usaha baru bagi kelompok tani maupun UMKM.

Budidaya magot dinilai memenuhi tiga nilai penting sekaligus: ekonomi, sosial, dan lingkungan. Selain membuka lapangan usaha baru dan meningkatkan pendapatan, pengelolaan limbah organik menjadi lebih sistematis, sekaligus meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah.

Pemerintah memastikan dukungan penuh berupa pendampingan teknis, pelatihan budidaya, serta pembukaan akses pemasaran ke sektor industri pakan ternak.

“Kami ingin masyarakat melihat budidaya magot sebagai bagian dari ekosistem ekonomi baru. Dengan kerja sama yang baik, sektor ini bisa menjadi kekuatan baru ekonomi desa,” tegas Sunggono.

Dengan keterlibatan aktif masyarakat dan dukungan kebijakan berkelanjutan, budidaya magot diyakini akan menjadi salah satu motor penggerak ekonomi lokal dan solusi pengelolaan limbah yang lebih efektif di Kutai Kartanegara. [] ADVERTORIAL

Penulis: Jemi Irlanda Haikal | Penyunting: Rasidah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com