SAMARINDA – Upaya menghidupkan kembali Stadion Utama Palaran di Kota Samarinda tidak semata bertujuan memperbaiki fisik bangunan atau sarana olahraga, tetapi juga untuk menciptakan ruang publik yang memberi manfaat luas bagi masyarakat Kalimantan Timur (Kaltim). Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kaltim terus mendorong langkah revitalisasi kawasan ini agar mampu kembali menjadi pusat interaksi sosial, olahraga, dan komunitas warga.
Kepala Seksi Pengelolaan Stadion Utama Dispora Kaltim, Yudi Haryanto, menekankan bahwa hambatan anggaran menjadi persoalan utama yang saat ini dihadapi. Namun, semangat untuk menjadikan kawasan Palaran sebagai ruang terbuka yang hidup tetap menjadi prioritas.
“Kalau namanya tantangan tentu ada, apalagi ini menyangkut masalah anggaran. Anggaran untuk pemeliharaan Stadion Utama Palaran itu tidak sedikit. Banyak perbaikan yang harus dilakukan secara menyeluruh,” ujar Yudi pada Rabu (02/07/2025).
Ia mengungkapkan bahwa kawasan tersebut memiliki banyak fasilitas yang dulunya aktif digunakan, mulai dari lapangan bisbol, kolam renang, hingga gedung serbaguna. Kini, sebagian di antaranya telah rusak dan tidak layak pakai.
“Di sana bukan cuma ada lapangan sepak bola, tapi juga lapangan bisbol, kolam renang, lapangan sepak bola luar, hingga gedung serbaguna. Semuanya butuh perbaikan, termasuk instalasi listrik dan air,” jelasnya.
Yudi juga mengenang masa ketika stadion itu pernah menjadi lokasi turnamen besar. “Waktu itu kita pernah adakan turnamen badminton yang mendatangkan pemain dari luar. Tapi kondisinya sekarang sudah sangat tidak memungkinkan untuk digunakan. Begitu juga gedung serbaguna yang lantainya mengalami penurunan,” katanya.
Pada tahun ini, Dispora berfokus pada pemulihan infrastruktur dasar seperti akses jalan dan saluran drainase. Ini dilakukan untuk mencegah terulangnya banjir yang sempat terjadi di kawasan tersebut.
“Tahun ini rencananya kami akan mulai dari perbaikan jalan dan pengerukan drainase, karena kemarin sempat terjadi banjir di kawasan Palaran. Kami tidak ingin kawasan itu kembali menjadi genangan atau bahkan seperti kolam,” ungkap Yudi.
Ia menegaskan pentingnya kerja sama antara Dispora, Dinas PU Kota, dan PU Provinsi. Sistem aliran air yang buruk tidak hanya berdampak pada stadion, tetapi juga lingkungan sekitarnya seperti Simpang Pasir.
“Kalau wilayah seperti Simpang Pasir tidak melakukan pengerukan, baik di parit maupun anak sungainya, air dari kawasan stadion pun tidak akan bisa keluar. Jadi ini harus dilakukan secara menyeluruh, terkoordinasi antara Dispora, PU Kota, dan PU Provinsi,” tegasnya.
Jika perbaikan dilakukan secara menyeluruh dan terencana, kawasan Stadion Utama Palaran bukan hanya akan berfungsi sebagai pusat olahraga, melainkan juga menjadi ruang komunitas yang inklusif bagi masyarakat dari berbagai kalangan. Pemerintah berharap, ruang ini akan mendorong tumbuhnya semangat kebersamaan serta mendukung gaya hidup sehat warga Kalimantan Timur.[] ADVERTORIAL
Penulis: Rifky Irlika Akbar | Penyunting: Nursiah
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan