SAMARINDA – Pengembangan olahraga woodball di Kalimantan Timur (Kaltim) terus menjadi perhatian serius Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) provinsi. Salah satu fokus utama adalah mendorong pemerintah kabupaten dan kota agar tidak hanya menjadi penonton dalam proses pembinaan, tetapi turut aktif mendukung ketersediaan sarana dan prasarana olahraga, terutama alat woodball, yang menjadi kebutuhan mendasar dalam latihan maupun kompetisi.
Analis Muda Bidang Pemberdayaan Pemuda Dispora Kaltim, Hasbar Mara, menegaskan bahwa kewenangan pengadaan peralatan olahraga di daerah seharusnya menjadi bagian dari tanggung jawab masing-masing Dinas Kepemudaan dan Olahraga tingkat kabupaten/kota. “Jadi itu kan tanggung jawabnya Pencap sebenarnya,” ucap Hasbar saat diwawancarai di Kadrie Oening Tower, Rabu (16/07/2025).
Kendati demikian, Dispora Kaltim juga berusaha mengambil bagian dalam mendukung perkembangan olahraga ini, terutama pada masa awal pengenalan dan pembinaan. Hasbar menyebutkan bahwa pada tahun 2022 dan 2023 pihaknya sempat mengusulkan pengadaan alat woodball melalui anggaran Dispora provinsi. “Tapi saya tahun 2022–2023 saya ada usulkan pengadaan alat di Dispora, cuma memang nggak banyak,” jelasnya.
Namun, alat yang berhasil disediakan melalui pengadaan tersebut tidak cukup untuk didistribusikan secara merata ke seluruh wilayah. “Namun nggak cukup untuk didistribusikan ke sembilan kota kabupaten,” tambahnya. Realitas ini, menurut Hasbar, seharusnya menjadi pemicu bagi pemerintah daerah untuk tidak hanya bergantung pada bantuan dari provinsi.
Ia mendorong kabupaten/kota agar proaktif menganggarkan dan mengadakan peralatan sendiri untuk memenuhi kebutuhan pelatihan di wilayahnya masing-masing. “Sehingga kota kabupaten juga harus punya upaya sendiri untuk bagaimana mengadakan alat itu untuk dipakai,” tegasnya. Menurutnya, keberadaan alat yang cukup akan berbanding lurus dengan frekuensi latihan serta kualitas pembinaan atlet.
Hasbar secara khusus menyoroti kondisi di Kota Samarinda. Ia melihat bahwa antusiasme masyarakat terhadap olahraga woodball cukup tinggi, namun sayangnya belum diimbangi dengan ketersediaan fasilitas yang memadai. “Memang terasa kurang Samarinda, karena banyak yang latihan, tapi alatnya yang kurang,” ungkapnya.
Selain faktor alat, keterbatasan lahan di ibu kota provinsi juga menjadi hambatan tersendiri dalam mengembangkan olahraga ini. “Mungkin di sini karena lahannya terbatas,” tambahnya. Meski demikian, ia tetap optimistis bahwa dengan kerja sama dan dukungan dari berbagai pihak, pengembangan woodball di Samarinda dan daerah lainnya akan semakin berkembang.
Ia menegaskan bahwa keberhasilan pengembangan cabang olahraga tidak cukup hanya dengan semangat dan partisipasi masyarakat, tetapi juga sangat ditentukan oleh keseriusan para pemangku kebijakan di tingkat daerah dalam merancang kebijakan strategis yang mendukung kemajuan olahraga tersebut.
Melalui kolaborasi antara pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota, Hasbar berharap Kaltim dapat mencetak atlet-atlet woodball potensial yang mampu berprestasi tidak hanya di tingkat daerah, tetapi juga mewakili daerah di ajang nasional bahkan internasional. Langkah konkret berupa penyediaan alat, pembukaan ruang latihan, dan pelatihan intensif menjadi kunci untuk mewujudkan target tersebut.[] ADVERTORIAL
Penulis: Yus Rizal Zulfikar | Penyunting: Rasidah
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan