SAMARINDA – Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kalimantan Timur (Kaltim) terus berupaya memperkuat identitas budaya daerah melalui revitalisasi olahraga tradisional. Bukan hanya menyasar ruang publik, pendekatan terbaru mereka kini lebih menekankan pada lingkungan pendidikan sebagai titik awal pelestarian budaya sejak usia dini.
Dalam strategi ini, Dispora Kaltim menggandeng komunitas-komunitas penggiat olahraga tradisional untuk terlibat aktif dalam proses edukasi di sekolah. Para komunitas tersebut diharapkan mampu menghadirkan nuansa permainan khas daerah secara langsung, agar pelajar tidak hanya mengenal secara teori, tetapi juga mengalami langsung keseruan dan nilai budaya yang terkandung di dalamnya.
“Kami sudah dua tahun ini aktif berkomunikasi dan bekerja sama dengan para penggiat olahraga tradisional seperti enggrang, sepeda tua, sepeda BMX, dan lainnya. Kami menggandeng mereka untuk melakukan sosialisasi langsung ke masyarakat, termasuk ke sekolah-sekolah,” ujar Kepala Bidang Pembudayaan Olahraga Dispora Kaltim, AA Bagus Sugiarta, saat diwawancarai di ruang kerjanya, Kamis (03/07/2025).
Bagus menyebut, melalui program ini, sasaran utama yang ingin dicapai adalah pelajar di tingkat taman kanak-kanak, sekolah dasar, dan sekolah menengah pertama. Ia meyakini bahwa keterlibatan anak-anak sejak dini dalam olahraga tradisional dapat menanamkan rasa cinta terhadap budaya lokal sekaligus menyeimbangkan gaya hidup modern yang semakin bergantung pada teknologi.
“Tahun ini kami fokus menyasar sekolah-sekolah. Komunitas yang kami ajak kerja sama kami minta untuk terjun langsung ke lapangan, mendatangi sekolah-sekolah dan mengajak anak-anak mencoba berbagai olahraga tradisional. Dari sepeda tua, enggrang, nyumpit hingga gasing. Semua dikenalkan langsung lewat praktik, bukan hanya teori,” jelasnya.
Respons positif pun mulai terlihat dari antusiasme siswa dan guru. Banyak anak yang tertarik mencoba permainan tradisional yang sebelumnya belum pernah mereka temui. Interaksi langsung ini turut membuka ruang eksplorasi baru, yang secara tidak langsung juga mendorong aktivitas fisik anak dan mengurangi waktu bermain gawai.
“Kami ingin anak-anak ini bergerak, bersenang-senang sambil mengenal budaya daerah. Mereka diajak main gasing, coba nyumpit, naik sepeda tua atau bermain enggrang. Kami ingin olahraga tradisional ini tidak hilang begitu saja di tengah derasnya arus modernisasi,” tuturnya.
Keterlibatan komunitas menjadi komponen vital dalam keberhasilan program ini. Bagi Dispora, kehadiran komunitas bukan hanya memperkaya pengetahuan anak-anak, tetapi juga memperkuat keterikatan antara pelaku budaya dan generasi penerus.
“Target kami, seluruh sekolah bisa kami kunjungi. Kami melibatkan komunitas agar lebih dekat ke siswa dan bisa memberikan pengalaman langsung. Ini adalah salah satu upaya konkret kami dalam membudayakan olahraga tradisional sejak usia dini,” tambahnya.
Dispora Kaltim menilai, warisan budaya seperti olahraga tradisional tidak cukup hanya dijaga lewat pelestarian fisik, tetapi juga harus dihidupkan kembali dalam kehidupan sehari-hari anak-anak. Lewat pendekatan yang konsisten dan melibatkan banyak pihak, Bagus optimistis warisan tersebut akan tetap relevan bagi generasi masa depan.
“Kami percaya, olahraga tradisional bisa membangun karakter, mempererat kebersamaan, dan menjadi bagian dari identitas anak-anak kita ke depan,” pungkas Bagus.[] ADVERTORIAL
Penulis: Rifky Irlika Akbar | Penyunting: Nursiah
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan