SAMARINDA – Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kota Samarinda, Sri Puji Astuti, menilai fenomena bunuh diri yang belakangan marak di berbagai daerah, termasuk Samarinda, bukanlah hal baru. Menurutnya, kasus serupa sudah lama terjadi di banyak wilayah Indonesia, bahkan dunia. “Saya kira fenomena-fenomena ini bukan hanya di Samarinda. Di Samarinda memang baru-baru ini meningkat juga, tapi sebelumnya di Indonesia secara umum sudah banyak kasus bunuh diri, apalagi di luar negeri,” ujarnya saat ditemui di Kantor DPRD Samarinda, Jumat (8/8/2025) sore.
Sri Puji menjelaskan, perkembangan global yang dibarengi modernisasi dan digitalisasi di berbagai aspek kehidupan ternyata tidak selalu diiringi dengan penguatan mental dan spiritual masyarakat. “Ketahanan emosional ini terdampak. Perkembangan global memengaruhi karena dengan modernisasi dan digitalisasi di mana-mana, tetapi nurani kita tidak terisi dengan ajaran agama atau kepercayaan. Kalau tidak percaya Tuhan, pegangan hidup jadi lemah,” terangnya.
Ia menilai, lemahnya pemahaman nilai-nilai agama dan kepercayaan membuat sebagian orang merasa kehilangan arah. Kondisi itu mendorong mereka mencari jalan pintas untuk mengakhiri masalah, termasuk dengan bunuh diri. “Dia mencari penyelesaian permasalahannya hanya dengan bunuh diri, selesai begitu saja,” katanya.
Sri Puji mengaku prihatin karena dampak bunuh diri tidak hanya dirasakan korban, tetapi juga keluarga dan lingkungan sekitarnya. “Fenomena seperti ini sangat disayangkan,” ucapnya.
Ia mengungkapkan, kasus gangguan kesehatan mental di Samarinda terus meningkat, meski pemerintah telah melakukan berbagai upaya pencegahan sejak dini. “Sosialisasi ke anak-anak SD, SMP, SMA sudah ada. Ada program di UKS maupun saat Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) dan kegiatan lainnya,” jelasnya.
Menurutnya, membangun ketahanan diri sejak usia dini sangat penting agar anak muda tidak mudah terjerumus ke dalam rasa putus asa, depresi, dan kehilangan harapan. “Bagaimana anak muda atau kita sebagai manusia mempertahankan diri supaya tidak jatuh ke jurang penyesalan, ketidakpastian, dan keputusasaan,” katanya.
Selain dukungan keluarga, ia menekankan peran masyarakat dan pemerintah untuk memperkuat psikologis dan moral generasi muda. “Penguatan dari orang tua, masyarakat, dan pemerintah itu penting. Banyak program pemerintah yang sudah ada,” tuturnya.
Sri Puji menambahkan, puskesmas di Samarinda juga memiliki program pendampingan keluarga dan edukasi yang menyasar anak-anak serta remaja. “Puskesmas-puskesmas sudah ada istilahnya semacam parenting, untuk anak muda dan semua lapisan,” pungkasnya.
Penulis: Yus Rizal Zulfikar
Penyunting: Rasidah
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan