SAMARINDA – Persoalan kesejahteraan tenaga pendidik kembali mengemuka di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Samarinda. Anggota Komisi IV, Ismail Latisi, menekankan pentingnya peran negara dalam memastikan kelayakan gaji guru dan dosen, khususnya yang mengajar di sekolah dan perguruan tinggi negeri.
“Gaji guru dan dosen, kalau kita bicara sekolah negeri, itu kan sudah kita pastikan di sekolah negeri, kampus negeri penggajiannya merupakan tanggung jawab dari negara,” ujarnya saat ditemui di Kantor DPRD Kota Samarinda, Senin (11/08/2025) siang.
Meski demikian, Ismail menyoroti adanya perbedaan mencolok antara guru negeri dan swasta. Menurutnya, guru di sekolah swasta umumnya masih bergantung pada kebijakan yayasan dalam hal penggajian. “Tapi kalau kita berbicaranya kemudian di sini sekolah-sekolah swasta ya memang penggajian secara umum tanggung jawab yayasan,” jelasnya.
Ia menegaskan, sekalipun sekolah swasta berada di bawah naungan yayasan, pemerintah tetap tidak boleh mengabaikan perannya. Menurutnya, kehadiran negara tetap diperlukan agar para guru di lembaga pendidikan swasta juga mendapatkan perhatian. “Kalau sekolah yang ada di bawah yayasan harapannya kemudian pemerintah tetap hadir, tidak lepas begitu saja,” tegasnya.
Ismail menyebut bahwa di Samarinda telah berjalan program insentif bagi guru, termasuk mereka yang mengajar di sekolah swasta. Program ini, kata dia, menjadi bentuk dukungan nyata pemerintah daerah dalam meningkatkan kesejahteraan tenaga pendidik. “Contohnya kalau kita berbicara kemudian Kota Samarinda misalnya, ada insentif yang diberikan kemudian kepada guru-guru, khususnya guru-guru swasta supaya mereka terangkat juga kemudian kehidupannya,” paparnya.
Ia menilai posisi guru swasta sama pentingnya dengan guru negeri, karena sama-sama memikul tanggung jawab mendidik generasi muda. “Karena mereka melakukan hal yang sama, melakukan pendidikan terhadap siswa, anak-anak bangsa,” ucapnya.
Lebih lanjut, ia mengaitkan kesejahteraan guru dengan cita-cita besar Indonesia mencetak generasi emas pada 2045. “Bagaimana kemudian menjadikan generasi emas Indonesia di 2045 itu tercapai, gitu,” katanya.
Menurut Ismail, kualitas pendidikan akan sangat dipengaruhi oleh kondisi para guru. Apabila mereka hidup lebih sejahtera, semangat dalam mengajar akan meningkat sehingga berdampak positif bagi mutu pembelajaran. “Kalau seandainya guru-guru sejahtera, ngajarnya juga enak, nyaman, efek domino-nya ke siswa, artinya tadi tingkat kualitas pendidikan juga akan semakin meningkat,” terangnya.
Di akhir pernyataannya, Ismail berharap agar pemerintah tidak menutup mata terhadap guru swasta, melainkan terus menunjukkan kepedulian demi keberlangsungan pendidikan di daerah. “Harapannya pemerintah tidak lepas tangan begitu saja, tapi tetap ada perhatian dari pemerintah,” pungkasnya.[] ADVERTORIAL
Penulis: Yus Rizal Zulfikar | Penyunting: Rasidah
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan