Efisiensi Bukan Alasan, Pembinaan Pemuda Harus Terus Berjalan

SAMARINDA – Penyesuaian anggaran yang kini menjadi kebijakan nasional tidak membuat Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Kalimantan Timur (Dispora Kaltim) kehilangan arah. Di tengah pemangkasan dana yang berdampak luas pada berbagai sektor, Dispora Kaltim justru menunjukkan strategi berbeda dengan tetap menjaga intensitas pembinaan terhadap generasi muda.

Sub Koordinator Kepemimpinan, Kepeloporan, dan Kemitraan Pemuda Dispora Kaltim, Rusmulyadi, menyatakan bahwa perhatian terhadap pemuda tidak boleh dikorbankan hanya karena keterbatasan anggaran. Dalam wawancaranya di Kantor Dispora Kaltim, Jumat (11/07/2025), ia menyampaikan sikap tegas bahwa peran negara dalam mendukung ruang gerak dan aktivitas pemuda tetap menjadi prioritas.

“Kebijakan efisiensi anggaran dari pemerintah, baik dari Presiden maupun Gubernur, tidak boleh menjadi penghalang bagi kita untuk tetap memberi ruang kepada pemuda agar tetap bisa beraktivitas dan berkarya,” tegasnya.

Dispora Kaltim, kata Rusmulyadi, mengutamakan pengelolaan dana yang terencana dan tepat sasaran. Dengan target pembinaan 2.300 pemuda, ia menilai masih ada ruang untuk menambah cakupan hingga 2.500 peserta tanpa harus menambah anggaran secara signifikan.

“Tambahan 200 orang itu, saya kira masih bisa dikelola dengan baik. Bukan berarti kita memanipulasi anggaran, tapi bagaimana kita mampu mengatur dan mengalokasikannya secara efisien dan tepat sasaran,” jelasnya lebih lanjut.

Ia menekankan bahwa selama ini kegiatan pemuda seringkali dibebani biaya tinggi karena orientasi yang kurang efisien. Padahal, banyak alternatif hemat yang tetap efektif jika dikelola secara cermat.

“Contohnya di Dispora, kita punya ruangan sendiri yang bisa dipakai tanpa perlu sewa tempat. Konsumsi yang tadinya dialokasikan besar-besaran untuk acara formal bisa kita efisienkan untuk mendukung kegiatan pemuda. Ini kan sebenarnya sudah menambah nilai dan manfaat,” ujarnya memberi contoh nyata.

Rusmulyadi menambahkan bahwa hambatan utama bukanlah pada nominal anggaran, melainkan cara berpikir dan sikap dalam menghadapi keterbatasan tersebut.

“Hambatan itu muncul bukan karena anggaran yang kecil, tapi karena pola pikir kita sendiri yang menganggap anggaran itu tidak cukup. Padahal seharusnya kita berpikir bagaimana caranya agar anggaran ini cukup untuk mencapai target. Kalau targetnya 2.300 orang, maka capai dulu target itu,” katanya meyakinkan.

Dispora Kaltim juga membuka ruang kolaborasi dengan berbagai pihak guna memperkuat daya jangkau program-programnya. Menurut Rusmulyadi, pendekatan lintas sektor menjadi kunci agar pembinaan pemuda tidak hanya bergantung pada dana pemerintah.

“Kita tidak bisa kerja sendiri. Perlu dukungan dan sinergi semua pihak agar pembinaan pemuda di Kaltim tetap berjalan dan bahkan bisa semakin kuat meski anggarannya efisien,” pungkasnya.

Dengan pendekatan realistis namun tetap progresif ini, Dispora Kaltim ingin membuktikan bahwa pembangunan karakter dan kepemimpinan pemuda tidak boleh berhenti hanya karena soal angka di atas kertas. Pemuda tetap harus difasilitasi agar mampu berkontribusi bagi daerah dan bangsa dalam situasi apa pun.[] ADVERTORIAL

Penulis: Rifky Irlika Akbar | Penyunting: Nursiah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com