BALIKPAPAN – Warga Kota Balikpapan merasakan langsung dampak positif dari deflasi yang terjadi pada Juni 2025. Penurunan harga sejumlah kebutuhan pokok dan layanan harian memberi ruang bernapas bagi masyarakat, terutama setelah lonjakan pengeluaran saat Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Iduladha.
Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), deflasi di Balikpapan pada Juni 2025 sebagian besar disumbang oleh kelompok Pakaian dan Alas Kaki, dengan andil sebesar -0,04 persen secara bulanan (month to month/mtm). Namun, dampak nyata paling dirasakan dari turunnya harga lima komoditas utama yang lekat dengan pengeluaran harian warga.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan, Robi Ariadi, menjelaskan bahwa komoditas penyumbang deflasi tertinggi antara lain daging ayam ras, angkutan laut, cabai rawit, pengharum cucian atau pelembut, dan bensin.
“Daging ayam ras mengalami penurunan harga karena pasokan yang cukup dan distribusi yang lancar. Selain itu, permintaan juga cenderung menurun pasca Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idul Adha,” ujarnya, Selasa (08/07/2025).
Penurunan harga ini dirasakan langsung oleh pelaku usaha kuliner dan rumah tangga. Biaya produksi makanan berkurang, sementara daya beli konsumen meningkat. Turunnya tarif angkutan laut juga memberikan efek domino pada harga bahan pokok dari luar daerah.
“Penurunan tarif angkutan laut,” lanjut Robi, “disebabkan oleh program stimulus nasional berupa diskon tarif tiket angkutan laut sebesar 50 persen yang berlaku sejak 5 Juni hingga akhir Juli 2025.”
Bagi warga pesisir dan pengusaha kecil yang mengandalkan moda transportasi laut, insentif ini sangat membantu menekan biaya logistik. Sementara itu, komoditas cabai rawit yang kerap menyumbang inflasi justru mengalami penurunan harga akibat pasokan melimpah dan permintaan menurun.
“Untuk komoditas non-pangan, harga pengharum cucian atau pelembut menurun berkat kebijakan potongan harga dari distributor besar,” ungkap Robi. Diskon ini mendorong stabilitas harga produk rumah tangga yang selama ini dianggap sebagai kebutuhan sekunder.
Tak kalah penting, harga bahan bakar minyak (BBM) jenis nonsubsidi juga ikut turun. Robi menambahkan, “Penurunan harga bensin terjadi karena penyesuaian harga BBM nonsubsidi Pertamax Series dan Dex Series dari Pertamina, yang efektif berlaku sejak 1 Juni 2025.”
Meski terjadi deflasi, Robi memastikan bahwa tren ini tidak mengindikasikan lemahnya daya beli masyarakat, melainkan mencerminkan kestabilan pasokan dan strategi kebijakan yang tepat waktu. Penurunan harga-harga tersebut membawa manfaat langsung bagi warga, sekaligus menjadi sinyal positif bagi perekonomian daerah jelang semester kedua tahun ini.[]
Penulis: Desy Alfy Fauzia | Penyunting: Rasidah
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan