KUTAI KARTANEGARA – Hari kedua pelaksanaan Pelatihan dan Sertifikasi Kepemanduan Ekowisata yang digelar oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Kutai Kartanegara (Dispar Kukar) pada Selasa (08/07/2025), diarahkan pada penguatan karakter dan integritas para calon pramuwisata. Bukan sekadar menguasai teknik kepemanduan, peserta juga didorong memahami pentingnya pembawaan diri dan tanggung jawab sosial sebagai wakil daerah.
Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Wisata Dispar Kukar, Ridha Patrianta, menegaskan bahwa pelatihan ini tidak hanya bertujuan menghasilkan pemandu yang terampil, tetapi juga memiliki sikap dan etika yang mampu merepresentasikan citra pariwisata Kukar secara menyeluruh.
“Ekowisata bukan sekadar membawa tamu ke alam. Di dalamnya ada edukasi, nilai budaya, dan tanggung jawab sosial. Maka pemandu harus terus memperkaya pengetahuannya agar bisa menyampaikan makna di balik setiap destinasi,” ungkap Ridha di Tenggarong.
Pelatihan hari kedua menghadirkan Roihan Afifurrofi dari Lembaga Sertifikasi Profesi Jana Dharma Yogyakarta, yang menyampaikan materi mendalam seputar interpretasi alam, strategi komunikasi kepada wisatawan, serta penyusunan narasi perjalanan yang menarik dan mendidik. Peserta juga dibimbing agar mampu menyesuaikan pendekatan penyampaian dengan latar belakang wisatawan yang beragam.
Salah satu bagian penting dalam sesi tersebut adalah pembahasan mengenai grooming atau penampilan pribadi. Menurut Ridha, aspek ini sering kali diabaikan, padahal sangat menentukan kesan pertama yang ditangkap wisatawan.
“Penampilan itu bukan hanya soal estetika, tapi soal kredibilitas. Pemandu yang tampil rapi dan sesuai standar akan menciptakan kepercayaan dari wisatawan. Itu bagian dari pelayanan,” ujarnya.
Grooming yang dimaksud tidak terbatas pada pakaian, tetapi juga menyangkut kebersihan diri, pemilihan perlengkapan yang tepat, serta perilaku sopan dalam membawa diri. Peserta diberikan praktik langsung memilih pakaian lapangan yang fungsional, termasuk sepatu yang nyaman, topi pelindung, dan tas yang menunjang mobilitas.
Ridha menilai pendekatan yang diterapkan oleh pemateri sangat tepat karena melibatkan simulasi dan diskusi berbasis pengalaman peserta. Hal ini, menurutnya, menjadi langkah penting dalam membangun kesadaran akan pentingnya integritas pribadi dalam dunia kepemanduan.
“Ini bagian dari investasi jangka panjang. Kita ingin pemandu kita tidak hanya pintar, tapi juga tampil percaya diri dan berwibawa. Itu semua membentuk citra pariwisata Kukar di mata pengunjung,” pungkasnya.
Dengan berakhirnya pelatihan hari kedua, Dispar Kukar berharap para peserta dapat menjadi pemandu yang tidak hanya profesional dalam keterampilan, tetapi juga menjunjung tinggi etika dan sikap sebagai duta wisata yang mencerminkan wajah Kukar.[] ADVERTORIAL
Penulis: Jemi Irlanda Haikal | Penyunting: Rasidah
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan