Infrastruktur Air, Fondasi Pangan Kukar

KUTAI KARTANEGARA – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kutai Kartanegara (Kukar) menunjukkan komitmen kuat dalam memperkuat sektor pertanian melalui pembangunan infrastruktur irigasi yang masif. Program ini digerakkan oleh Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kukar, khususnya melalui Bidang Sumber Daya Air (SDA), dengan tujuan memperkuat ketahanan pangan daerah sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani.

Dalam tahun anggaran 2025, Pemkab Kukar menyiapkan sejumlah proyek pembangunan dan perbaikan jaringan irigasi di lima kecamatan prioritas, yakni Tenggarong Seberang, Sebulu, Tenggarong, Muara Kaman, dan Marangkayu. Kawasan tersebut dipilih berdasarkan kajian potensi pertanian yang besar serta kebutuhan infrastruktur yang mendesak.

Kepala Bidang SDA DPU Kukar, Awang Agus Sahbani, menyampaikan bahwa sebagian besar proyek irigasi sudah memasuki tahap kontrak dan mulai dikerjakan di lapangan. “Kami menargetkan seluruh kegiatan bisa terlaksana sesuai jadwal, agar hasilnya dapat segera dinikmati masyarakat, khususnya para petani,” jelas Awang, Senin, (02/06/2025).

Program ini bukan sekadar pekerjaan fisik, melainkan strategi jangka panjang untuk memperkuat produktivitas pertanian Kukar. Menurut Awang, keberadaan sistem irigasi yang baik akan meningkatkan indeks pertanaman (IP), dari dua kali menjadi tiga kali tanam per tahun. Dampaknya, hasil panen meningkat dan kesejahteraan petani pun ikut terdongkrak.
“Dengan adanya dukungan irigasi yang memadai, kita harapkan lahan pertanian bisa lebih produktif dan petani semakin sejahtera,” katanya.

Menata Arah Pertanian Daerah

Pemerintah Kukar menempatkan sektor pertanian sebagai fondasi ketahanan ekonomi daerah. Sebagai salah satu lumbung pangan Kalimantan Timur, Kukar memiliki peran strategis dalam menopang ketersediaan pangan provinsi, bahkan nasional. Karena itu, kebijakan pembangunan irigasi diposisikan sebagai investasi jangka panjang.

“Program irigasi ini bukan hanya pekerjaan fisik, melainkan investasi jangka panjang untuk ketahanan pangan Kukar,” ujar Awang.

Melalui pendekatan ini, pembangunan tidak hanya diarahkan pada kawasan prioritas, tetapi juga tetap memperhatikan wilayah lain yang berpotensi. DPU Kukar menilai pemerataan pembangunan sangat penting mengingat Kukar memiliki lahan pertanian luas dan bervariasi. Meski lima kecamatan menjadi fokus utama, pemerintah tidak menutup kemungkinan memperluas cakupan ke wilayah lain pada tahun berikutnya.

“Semua wilayah akan kita perhatikan, hanya saja tahun ini ada fokus utama agar hasilnya lebih terukur,” tambah Awang.

Ketahanan Pangan

Tahun 2025 menjadi momentum penting bagi Pemkab Kukar dalam memperkuat infrastruktur pertanian. Melalui Dinas PU Bidang SDA, anggaran sebesar Rp98 miliar dialokasikan untuk sektor pertanian, dengan Rp57 miliar di antaranya difokuskan pada pembangunan jaringan irigasi.

Kabid SDA DPU Kukar, Awang Agus Sabandi, menegaskan pentingnya irigasi sebagai tulang punggung produktivitas pertanian. “Irigasi sangat vital untuk mendukung produktivitas petani. Dengan jaringan yang lebih baik, distribusi air ke lahan pertanian bisa lebih terjamin,” ujarnya, Senin (01/09/2025).

Pekerjaan ini ditargetkan rampung pada Desember 2025. Meski sempat terkendala banjir besar pada Maret hingga April lalu yang menghambat konstruksi, kini kegiatan lapangan kembali berjalan normal. “Kendala faktor alam memang tidak bisa dihindari, tetapi kami optimis penyelesaian tetap sesuai kontrak,” tegasnya.

Selain pembangunan jaringan irigasi, anggaran tersebut juga digunakan untuk pembangunan jalan akses pertanian, normalisasi saluran air, serta pemeliharaan jaringan lama. Menurut Awang, langkah ini memberikan manfaat berlapis bagi petani mulai dari kelancaran distribusi hasil panen hingga pengurangan risiko gagal panen akibat kekeringan.

“Dengan jalan pertanian yang lebih baik, distribusi hasil panen akan lebih lancar, sementara saluran air yang terpelihara akan meminimalisir risiko gagal panen akibat kekeringan,” ujarnya.

Strategi Perubahan Iklim

Pemkab Kukar sadar bahwa tantangan pertanian masa kini bukan hanya persoalan teknis, tetapi juga dampak perubahan iklim yang semakin terasa. Oleh karena itu, pembangunan irigasi didesain adaptif, memanfaatkan teknologi tepat guna yang menyesuaikan dengan kondisi geografis setempat. Langkah ini memungkinkan peningkatan produktivitas tanpa harus memperluas lahan.

Keberadaan sistem irigasi modern menjadi solusi untuk mengurangi ketergantungan petani terhadap hujan. “Dengan perbaikan infrastruktur, petani tidak lagi terlalu bergantung pada curah hujan. Mereka bisa mengatur pola tanam dengan lebih baik, dan tentu hasil panen pun lebih stabil,” jelas Awang.

Selain itu, Pemkab Kukar juga menekankan pentingnya keterlibatan masyarakat dalam menjaga keberlanjutan pembangunan. Pemerintah berupaya agar petani menjadi subjek, bukan sekadar objek pembangunan.

“Jika irigasi sudah dibangun, peran masyarakat sangat penting dalam menjaga dan merawatnya. Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri. Kita perlu kolaborasi agar manfaatnya bisa terus dirasakan,” tegasnya.

P3A: Garda Depan Pengelola Air

Salah satu pilar utama keberhasilan program irigasi di Kukar adalah keberadaan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A). Pemerintah daerah menyadari bahwa infrastruktur tanpa pengelolaan yang baik tidak akan bertahan lama. Karena itu, penguatan kapasitas petani melalui Bimbingan Teknis (Bimtek) P3A menjadi bagian integral dari strategi pembangunan.

Kegiatan Bimtek digelar oleh Dinas PU Kukar di Hotel Grand Fatma Tenggarong, Rabu (24/09/2025), diikuti anggota P3A serta Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dari berbagai kecamatan. Tujuannya adalah meningkatkan kemampuan petani dalam mengelola air pertanian secara profesional dan berkelanjutan.

Kepala Dinas PU Kukar, Wiyono, menegaskan pentingnya profesionalisme dalam pengelolaan air. “Melalui bimtek ini, kami ingin memperkuat kapasitas P3A agar mereka dapat mandiri dan profesional dalam menjalankan tugas di lapangan,” ujarnya.

Dalam kegiatan ini, peserta tidak hanya menerima materi teknis, tetapi juga berdiskusi dan berbagi pengalaman terkait strategi pengelolaan irigasi di berbagai daerah. Diskusi semacam ini memunculkan solusi praktis atas berbagai kendala di lapangan, seperti saluran tersumbat, distribusi air tidak merata, hingga pengaturan waktu irigasi yang belum efisien.

Revitalisasi P3A Kolaborasi Lintas Sektor

Selama tiga tahun terakhir, aktivitas P3A di Kukar sempat menurun karena keterbatasan pendampingan. Namun, pembinaan intensif dari penyuluh dan dukungan Dinas PU membuat organisasi ini kembali aktif di lapangan. “Sekarang, P3A sudah mulai bergerak kembali. Mereka tidak hanya mengelola irigasi, tetapi juga menjadi jembatan komunikasi antara petani dan pemerintah,” ujar Wiyono.

Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kukar, Muhammad Taufik, juga menegaskan pentingnya sinergi antara petani, penyuluh, dan pemerintah. “Kami ingin memastikan distribusi air berjalan adil sehingga lahan pertanian tetap produktif,” katanya.

Taufik menambahkan bahwa profesionalisme P3A sangat menentukan keberhasilan distribusi air. Petani di lapangan memahami kondisi wilayah masing-masing, sehingga pengaturan irigasi bisa dilakukan lebih tepat sasaran.

“P3A bukan sekadar operator irigasi, tetapi juga motor penggerak peningkatan kualitas pertanian. Dengan keterampilan yang mumpuni, mereka dapat memastikan kebutuhan air tercukupi, mendukung produktivitas, dan menjaga keberlanjutan pertanian di Kukar,” pungkasnya.

Infrastruktur dan Dampak

Perbaikan jaringan irigasi yang dilakukan Dinas PU Kukar terbukti membawa dampak langsung bagi petani. Di beberapa sentra pertanian seperti Muara Badak, Loa Janan, dan Tenggarong Seberang, petani melaporkan peningkatan efisiensi waktu pengairan dan stabilitas pasokan air. Hal ini berdampak positif terhadap pertumbuhan tanaman dan hasil panen.

Wiyono menjelaskan bahwa upaya perbaikan infrastruktur dilakukan secara bertahap. Jaringan primer dan sekunder ditangani bersama Balai Wilayah Sungai, sementara jaringan tersier mendapat dukungan dari Dinas Pertanian dan Kementerian Pertanian. Perbaikan meliputi normalisasi saluran, pemasangan pintu air baru, dan pembersihan kanal yang tersumbat.

“Harapan kami, setelah mengikuti bimtek, pengurus P3A mampu meningkatkan pelayanan kepada petani sehingga produktivitas lahan juga meningkat,” ujar Wiyono.

Hasil di lapangan menunjukkan bahwa pengelolaan air yang profesional dan infrastruktur yang baik berbanding lurus dengan peningkatan kesejahteraan petani. Pendapatan meningkat, risiko gagal panen menurun, dan ketahanan pangan daerah semakin terjaga.

Ketahanan Pangan, Ketahanan Ekonomi

Dampak ekonomi dari pembangunan irigasi dan penguatan kapasitas petani juga terasa signifikan. Produktivitas yang meningkat mendorong pertumbuhan usaha lokal di sektor distribusi, perdagangan, dan jasa. Selain itu, pembangunan jalan akses pertanian memperlancar arus barang dan hasil panen.

 Awang menegaskan bahwa proyek ini bukan hanya soal infrastruktur, tetapi juga penguatan ekonomi desa. “Program irigasi ini merupakan bagian dari investasi jangka panjang pemerintah. Kami ingin setiap pembangunan membawa dampak yang langsung dirasakan petani, karena dari tangan merekalah ketahanan pangan daerah terjaga,” pungkasnya.

Dengan dukungan anggaran yang memadai, kolaborasi lintas instansi, serta partisipasi aktif petani melalui P3A, Pemkab Kukar menatap masa depan pertanian dengan optimisme. Infrastruktur yang kokoh dan manajemen air yang efisien menjadi kunci untuk menjadikan Kukar sebagai pusat ketahanan pangan Kalimantan Timur.

Harapan yang Mengalir

Kegiatan Bimtek dan pembangunan infrastruktur yang berlangsung sepanjang 2025 menjadi refleksi nyata bahwa Pemkab Kukar tidak hanya membangun fisik, tetapi juga membangun manusia. Pemerintah sadar bahwa irigasi yang berfungsi baik tidak akan berarti tanpa SDM yang terampil dalam mengelolanya.

“Harapan kami, hasil bimtek ini bukan hanya menambah wawasan, tetapi juga mendorong petani untuk mandiri dalam menjaga keberlanjutan pertanian,” tutur Wiyono.

Dengan komitmen yang konsisten, pemerintah berharap ketahanan pangan Kukar tidak hanya terjaga, tetapi juga tumbuh berkelanjutan. Dukungan irigasi yang kuat, petani yang mandiri, serta sinergi antarinstansi menjadi pondasi bagi masa depan pertanian yang tangguh di Kabupaten Kutai Kartanegara.

Secara evaluatif, arah kebijakan pembangunan pertanian Kukar kini bergerak menuju model yang berbasis kemandirian dan keberlanjutan. Pemerintah tidak lagi sekadar membangun saluran air, tetapi membangun sistem ekosistem pertanian yang utuh mulai dari infrastruktur, kelembagaan petani, hingga peningkatan kapasitas SDM.

Model pembangunan seperti ini menunjukkan bahwa Pemkab Kukar memahami tantangan masa depan: perubahan iklim, fluktuasi pasar pangan, dan keterbatasan lahan. Dengan memperkuat irigasi dan memperdayakan petani melalui P3A, Kukar sedang menyiapkan pondasi kuat bagi kemandirian pangan lokal dan daya saing nasional. [] ADVERTORIAL

Penulis: Muhammad Ihsan | Penyunting: Rasidah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com