SANGATTA – Pemerintah Kabupaten Kutai Timur (Kutim) menargetkan peningkatan investasi setiap tahunnya yang menjadi tanggung jawab Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP).
Setiap tahun, target investasi yang meliputi serapan tenaga kerja, penerimaan pajak, dan nilai pembangunan bangunan selalu mengalami kenaikan. Pada 2024, target rencana strategis (renstra) DPMPTSP Kutim sebesar Rp 9 triliun, namun realisasi investasi mencapai Rp 9,452 triliun atau 105 persen dari target tersebut.
“Kalau target provinsi ke Kutim Rp 12 triliun, sehingga kami hanya mencapai 77,29 persen,” ujar Kepala DPMPTSP Kutim, Darsafani, Jumat (16/05/2025).
Darsafani menyebutkan, target investasi yang diberikan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) kepada Kutim cukup tinggi. Hal ini karena Kutim dianggap memiliki calon investor dari China yang berpotensi menanamkan modal.
Namun, PT Anhui yang merupakan investor asal China hanya memesan lahan seluas 300 hektare di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Maloy Batuta Trans Kalimantan (MBTK) tanpa menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan PT MBTK. Karena itu, ia menilai belum ada investasi yang benar-benar masuk.
“Ini sudah kami komunikasikan kepada Pemprov Kaltim agar target investasi kami diturunkan,” tambahnya.
Investasi yang masuk ke Kutim pada 2024 berasal dari berbagai sektor, seperti pertambangan, tanaman pangan, perkebunan, peternakan, industri makanan, kimia dan farmasi, serta industri mineral non-logam.
“Kalau berdasarkan pencapaian investasi di akhir tahun kemarin paling banyak sektor pertambangan, perkebunan dan industri makanan,” jelas Darsafani.
Ia berharap investasi di Kutim, baik dari Penanaman Modal Asing (PMA) maupun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), terus bertambah. Apalagi lahan di KEK MBTK masih luas dan menarik minat banyak investor.
“Semoga tahun ini meningkat lagi ya, karena KEK MBTK juga sudah banyak sekali yang melirik,” pungkasnya.[]
Redaksi12