KUTAI KARTANEGARA — Dinas Perkebunan Kabupaten Kutai Kartanegara (Disbun Kukar) memfokuskan perhatian pada penguatan kapasitas petani kakao dalam mengantisipasi ancaman penyakit tanaman. Langkah ini menjadi bagian dari strategi jangka panjang untuk memastikan kesinambungan produksi kakao rakyat yang tersebar di sejumlah kecamatan, terutama di Desa Lung Anai, Kecamatan Loa Kulu.
Desa tersebut saat ini menjadi kawasan utama dalam pengembangan kakao dan menunjukkan hasil yang cukup menjanjikan, terutama dari segi mutu biji. Namun, keberhasilan itu tidak lepas dari tantangan yang dihadapi petani, utamanya serangan hama dan penyakit yang dapat menurunkan produktivitas dalam waktu singkat.
Rudiyanto Hamli, Kepala Bidang Perlindungan Perkebunan Disbun Kukar, mengungkapkan bahwa penyakit penggerek batang dan busuk buah merupakan dua masalah yang paling sering ditemukan di kebun-kebun kakao di wilayah tersebut.
“Serangan yang paling sering kami temui adalah penggerek batang dan busuk buah. Begitu mendapat laporan, kami langsung turun ke lapangan memberikan pelatihan serta contoh penggunaan pestisida yang sesuai,” jelas Rudiyanto di Tenggarong, Kamis (19/06/2025).
Menurutnya, pendekatan yang digunakan oleh Disbun Kukar bukan sekadar memberikan bantuan langsung, tetapi lebih menitikberatkan pada pembinaan teknis dan edukasi. Petani dibekali pemahaman tentang identifikasi awal serangan serta cara pengendalian mandiri. Sebagai stimulus, pihaknya hanya memberikan bantuan terbatas berupa beberapa botol pestisida, disertai penjelasan teknis penggunaannya.
“Selama ini, produksi kakao kita masih aman. Begitu ada laporan serangan, kelompok segera berkoordinasi, dan kami langsung tanggap,” tambahnya.
Rudiyanto menegaskan pentingnya peran aktif kelompok tani dalam merawat tanaman secara rutin. Ia menyebut bahwa kekompakan kelompok dan kedisiplinan menjadi faktor penting dalam mencegah penyebaran penyakit.
Sebagai langkah lanjutan, Disbun Kukar akan memperkuat pendampingan teknis dan merancang model percontohan budidaya kakao yang tangguh terhadap hama dan penyakit. Dinas juga mendorong intensifikasi komunikasi antara kelompok tani dengan penyuluh pertanian agar penanganan bisa dilakukan lebih cepat dan efektif.
Dengan pendekatan ini, Disbun Kukar berharap produktivitas kakao rakyat dapat terjaga secara berkelanjutan di tengah kondisi iklim dan ancaman organisme pengganggu tanaman yang terus berkembang. [] ADVERTORIAL
Penulis: Jemi Irlanda Haikal | Penyunting: Nursiah
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan