Kualitas Pertamax Terungkap Buruk

SAMARINDA – Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda akhirnya memberikan klarifikasi kepada publik terkait masalah kerusakan kendaraan yang diduga disebabkan oleh bahan bakar minyak (BBM) bermasalah yang belakangan ini mengemuka di Kota Samarinda, Kalimantan Timur.

Setelah sebelumnya memberikan bantuan kepada pemilik kendaraan yang terdampak di 10 kecamatan, Walikota Andi Harun kini mengungkapkan hasil investigasi ilmiah independen terkait BBM jenis Pertamax yang diduga menyebabkan kerusakan teknis pada kendaraan masyarakat.

Alih-alih langsung turun tangan saat isu ini muncul di masyarakat, Walikota Andi Harun memilih pendekatan yang berbeda.

Sebelumnya, pihaknya memutuskan untuk tidak menambah keresahan publik dengan ikut mengecek langsung kualitas BBM di lapangan Kota Samarinda.

“Kami memilih untuk tidak memperkeruh situasi yang berpotensi tidak memberikan solusi yang tepat,” ujar Walikota Andi Harun dalam konferensi pers pada Senin (05/05/2025).

Ia menegaskan bahwa penanganan isu ini harus didasari pada bukti ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan, bukan asumsi semata.

Walikota Samarinda, Andi Harun menyebut bahwa pendekatan ilmiah ini terwujud melalui kerja sama dengan Politeknik Negeri Samarinda serta uji laboratorium lanjutan di empat institusi independen. Hasilnya pun mengejutkan.

Sampel BBM dari kendaraan yang terdampak menunjukkan kadar Research Octane Number (RON) yang jauh lebih rendah dari standar Pertamax.

Lebih parah lagi, ditemukan kandungan timbal (66 ppm), air (742 ppm), benzena (8,38 persen), dan total aromatic (51,16 persen), angka-angka tersebut secara teknis dapat menyebabkan pembentukan gum gel serta penyumbatan pada sistem injeksi kendaraan.

“Penyebabnya bukan dari tangki kendaraan yang kotor, melainkan kualitas BBM itu sendiri,” tegas Walikota Andi Harun, sekaligus membantah tudingan yang menyalahkan pemilik kendaraan.

Untuk memperkuat penemuan ini, dilakukan uji sedimen lebih lanjut menggunakan metodologi Scanning Electron Microscope – Energy Dispersive X-Ray (SEM-EDX) dan metode Gugus Fungsi menggunakan Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR).

Hasil yang diperoleh dari sampel ketiga menunjukkan RON 91,6. Dalam analisis lanjutan, bahkan ditemukan partikel timah (Sn), renium (Re), dan timbal (Pb) yang memicu pembentukan hidrokarbon kompleks seperti poli(stirena) dan poli(akrilonitril).

“Ketiganya mempercepat reaksi menjadi hidrokarbon kompleks,” ujarnya.

Beberapa faktor yang memengaruhi kualitas BBM antara lain, penyimpanan yang terlalu lama, paparan sinar matahari dalam waktu lama, serta kontaminasi logam. Penambahan zat aditif yang tidak terukur juga menjadi salah satu penyebab menurunnya kualitas BBM.[]

Redaksi12

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com