Lomba BBGRM Kukar: Tradisi Lama, Semangat Baru Membangun Desa

KUTAI KARTANEGARA  – Kutai Kartanegara kembali menorehkan babak penting dalam pelestarian budaya gotong royong. Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Kabupaten Kukar menggelar rapat krusial untuk menentukan pemenang dalam Lomba Bulan Bakti Gotong Royong Masyarakat (BBGRM) ke-22 tingkat kabupaten tahun 2025. Ajang ini menjadi bukti nyata bahwa semangat kebersamaan tetap membara di berbagai pelosok daerah.

Dalam rapat yang berlangsung di ruang Rapat DPMD Kukar, Kepala Bidang Pemberdayaan Masyarakat dan Pengembangan Ekonomi Desa DPMD Kukar, Asmi Riyandi Elvandar, S. Sos, M. Si, mengungkapkan bahwa proses penilaian melibatkan berbagai pihak. Tim khusus dibentuk untuk melakukan verifikasi dan validasi data, mencakup Gugus Tugas Pendekat Kukar Idaman, pendamping desa dan kelurahan, serta Forum LPM tingkat kabupaten, Kamis (08/05/2025).

“Kami menemukan berbagai praktik gotong royong yang luar biasa di lapangan,” ujar Elvandar. Salah satu temuan menarik adalah sebuah desa yang masih mempertahankan tradisi gotong royong dalam pemakaman, lengkap dengan doa yang dibacakan selama tujuh hari berturut-turut. Di tempat lain, warga berinisiatif menggalang dana untuk membangun rumah bagi mereka yang kurang mampu, ini menjadi sebuah potret kepedulian yang semakin langka di era modern.

Meskipun hasil penilaian sudah mulai mengerucut, pengumuman resmi pemenang masih harus menunggu hingga Apel Pencanangan BBGRM yang dijadwalkan berlangsung di Kecamatan Kota Bangun. Jadwal finalnya sendiri tengah diajukan ke Prokopimda untuk ditetapkan.

Namun, di balik kemeriahan lomba ini, tantangan besar juga muncul. Tidak semua kecamatan berhasil berpartisipasi akibat kendala administratif, terutama dalam dokumentasi kegiatan. “Gotong royong sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat, tetapi belum semua desa terbiasa mencatatnya secara resmi. Ini menjadi tantangan tersendiri dalam penilaian,” tambah Elvandar.

Meski begitu, semangat kebersamaan terus berkobar di Kutai Kartanegara, membuktikan bahwa gotong royong bukan sekadar tradisi, tetapi juga perekat sosial yang tak lekang oleh waktu. Semua pihak berharap, lomba ini bisa menjadi pemantik bagi lebih banyak desa dan kelurahan untuk terus memperkuat nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan sehari-hari. []

Redaksi10

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com
X