KUTAI KARTANEGARA – Konsep wisata bahari kini tak lagi sekadar soal keindahan alam, tetapi juga menjadi medium penting untuk menanamkan nilai edukasi dan kepedulian lingkungan. Desa Tanjung Limau di Kecamatan Muara Badak menjadi contoh nyata bagaimana wisata berbasis edukasi dikembangkan sebagai sarana penguatan literasi ekologi bagi masyarakat.
Melalui kegiatan snorkeling edukatif yang difokuskan di kawasan Pantai Panrita Lopi, pemerintah desa bersama pemangku kepentingan memperkenalkan cara baru menikmati wisata laut: tidak hanya menyelam dan bersantai, tetapi juga belajar tentang pentingnya menjaga ekosistem bawah laut.
“Wisata seperti snorkeling di Panrita Lopi bukan sekadar menyelam dan melihat keindahan laut, tapi juga bagian dari proses pembelajaran tentang pentingnya menjaga ekosistem bawah laut,” kata Camat Muara Badak, Arpan, di Tenggarong, Selasa (17/06/2025).
Keberadaan program snorkeling ini tidak muncul begitu saja. Kehadiran Pertamina sebagai mitra turut mendorong percepatan konservasi melalui pembangunan struktur terumbu karang buatan yang dirancang untuk menjadi habitat baru bagi biota laut. Selain itu, langkah ini juga menjadikan kawasan tersebut sebagai laboratorium alam terbuka yang dapat diakses masyarakat maupun pelajar.
Aktivitas bawah laut di Panrita Lopi menyajikan pengalaman visual yang mengesankan: dari ikan badut (clownfish), anemon warna-warni, hingga kuda laut dan bintang laut biru yang hidup di antara karang meja. Semua itu menjadi kekayaan hayati yang menarik bagi wisatawan dan fotografer bawah laut.
Pengelolaan kegiatan snorkeling berada di bawah tanggung jawab Kelompok Pengawas Masyarakat (Pokmaswas), yang selama ini aktif dalam menjaga ekosistem laut serta mengawasi aktivitas di wilayah pesisir. Sistem pengelolaan berbasis komunitas ini turut memberikan ruang bagi warga desa untuk mengambil bagian langsung dalam industri wisata.
“Kami harap keberadaan wisata ini bisa meningkatkan kesadaran generasi muda terhadap lingkungan laut dan juga memberi nilai ekonomi bagi masyarakat sekitar,” tambah Arpan.
Sementara itu, apresiasi juga datang dari Dinas Pariwisata Kutai Kartanegara. Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Wisata Dispar Kukar, Ridha Patrianta, menegaskan bahwa pendekatan edukatif menjadi model pengembangan destinasi yang berkelanjutan. “Kami sangat mendukung wisata yang mengedepankan edukasi. Ini bukan hanya menarik wisatawan, tetapi juga membentuk kesadaran ekologis masyarakat,” ujarnya.
Ridha juga menekankan bahwa kekuatan destinasi wisata bukan terletak pada keramaiannya semata, melainkan pada dampak pengetahuan dan kesan yang dibawa pulang oleh wisatawan. “Ketika wisatawan pulang dengan pengetahuan dan kesan mendalam, maka destinasi itu akan terus dikenang. Inilah kekuatan dari wisata yang mencerdaskan,” pungkasnya.
Untuk memperkuat program ini, Dispar Kukar juga tengah menyiapkan pelatihan snorkeling bersertifikasi bagi pemandu lokal. Langkah ini diyakini mampu meningkatkan profesionalisme dan memperkuat kapasitas pelayanan dalam mendampingi wisatawan yang ingin mengeksplorasi keindahan bawah laut Panrita Lopi.
Dengan sinergi antara sektor pemerintah, swasta, dan komunitas lokal, Desa Tanjung Limau menjelma sebagai contoh bagaimana pariwisata edukatif mampu memperkuat ketahanan ekologi dan ekonomi sekaligus menciptakan kesadaran kolektif dalam menjaga lingkungan laut.[] ADVERTORIAL
Penulis: Jemi Irlanda Haikal | Penyunting: Rasidah
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan