BALIKPAPAN – Video yang menunjukkan sepasang suami istri (pasutri) gelandangan dengan anak balita mereka mendadak menjadi sorotan di media sosial. Dalam video yang dibagikan melalui Instagram, tampak pasutri tersebut berjalan menyusuri jalan raya dengan membawa anak kecil yang terlelap di gendongan, sambil membawa selembar kardus yang bertuliskan pesan “Diusir sama kakak di kampung”. Video ini menarik perhatian warganet karena gerak-gerik pasangan tersebut yang dinilai mencurigakan.
Menurut pengunggah video, pasangan tersebut sering terlihat di sepanjang ruas jalan di Kecamatan Balikpapan Utara, terutama pada siang hingga menjelang petang. Ia mengungkapkan bahwa mereka sudah tampak berjalan kaki di daerah tersebut sejak sebelum bulan Ramadan. “Saya lihat pertama kali di Kilometer 9, jalan kaki dari SPBU ke arah Kilometer 8. Saat itu, istrinya belum ikut,” ujar pengunggah tersebut.
Menanggapi fenomena ini, Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Balikpapan, Boedi Liliono, menyatakan bahwa pihaknya akan segera mengambil langkah proaktif untuk menanggulangi masalah ini. Ia menegaskan akan berkoordinasi dengan Dinas Sosial (Dinsos) untuk memastikan tindakan yang tepat.
“Akan kami tindaklanjuti dan berkoordinasi dengan Dinas Sosial,” ujarnya singkat kepada Nomorsatukaltim pada Selasa (08/04/2025).
Sementara itu, Kepala Dinas Sosial Balikpapan, Edy Gunawan, mengungkapkan bahwa kemunculan gelandangan dan pengemis (gepeng) di sekitar Ramadan dan musim Lebaran memang merupakan fenomena yang terjadi secara rutin setiap tahunnya. Namun, Edy mencatat adanya penurunan jumlah gepeng di Balikpapan tahun ini jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. “Tahun ini jumlahnya menurun jauh dibandingkan tahun sebelumnya,” ungkapnya.
Meski begitu, Edy menegaskan bahwa pihaknya, bersama dengan Satpol PP, akan tetap menjaga komitmen untuk melakukan penertiban terhadap para gepeng dan manusia gerobak yang masih berkeliaran di jalanan. Ia juga mengimbau masyarakat untuk tidak memberikan sumbangan secara langsung kepada mereka, karena tindakan tersebut dapat memberikan dampak negatif terhadap citra kota.
“Jika ingin membantu, sebaiknya salurkan bantuan ke tempat resmi agar lebih tepat sasaran,” tambahnya.
Dinsos juga mencurigai adanya pihak-pihak yang mengeksploitasi gelandangan ini untuk keuntungan pribadi, dengan memanfaatkan situasi mereka. “Kami melihat ada oknum yang memanfaatkan kondisi ini untuk kepentingan pribadi,” jelas Edy.
Selain itu, Edy juga mengungkapkan bahwa penurunan jumlah manusia gerobak di Balikpapan, yang tercatat hingga 25 persen pada tahun ini, kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya kesadaran masyarakat. Banyak yang kini sadar bahwa memberikan uang secara langsung kepada gepeng justru dapat memperburuk masalah sosial, membuat individu-individu tersebut enggan berusaha mandiri.
“Kita harus mengubah pola pikir ini agar kota Balikpapan bisa terus berkembang dan bebas dari masalah sosial seperti ini,” pungkas Edy.
Fenomena pasutri gelandangan yang terekam video tersebut menjadi sorotan, namun diharapkan dengan adanya upaya penertiban yang lebih tegas, masyarakat dapat lebih bijak dalam menanggapi masalah sosial ini. []
Redaksi03