KUTAI KARTANEGARA – Pemerintah Desa Ponoragan, Kecamatan Loa Kulu, terus mendorong keberadaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) agar mampu menjadi sumber pendapatan asli desa (PAD) yang berkelanjutan.
Kepala Desa Ponoragan, Sarmin, menyebutkan bahwa BUMDes setempat sudah dibentuk beberapa tahun lalu, namun hingga saat ini belum memberikan kontribusi signifikan terhadap keuangan desa.
“BUMDes kita sudah berjalan, tapi memang belum sesuai harapan. Masih dalam tahap pembenahan,” jelasnya, Selasa (06/05/2025)
Sarmin mengakui bahwa kendala utama terletak pada kapasitas sumber daya manusia yang mengelola BUMDes.
Ia menyebut, masih banyak pengurus yang belum sepenuhnya memahami tujuan dan manajemen usaha desa. Oleh karena itu, pihaknya sudah memberikan teguran kepada pengawas agar segera menyusun laporan pertanggungjawaban dan mempercepat perbaikan manajerial.
“Kami sudah minta agar segera ada laporan kegiatan, supaya tahu apa saja kendalanya,” sambungnya.
Saat ini, BUMDes Ponoragan mengelola dua unit usaha, yaitu jasa pencucian kendaraan dan unit pembelian serta penjualan ikan hasil budidaya masyarakat. Namun, kegiatan usaha ini belum maksimal, terutama dari segi pemasaran dan pengelolaan keuangan.
Sarmin berharap dalam waktu dekat ada peningkatan koordinasi dan pendampingan dari pihak-pihak terkait, termasuk dari Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar)
Ia juga menekankan pentingnya peran BUMDes dalam mendukung ekonomi lokal, khususnya untuk memperkuat ketahanan pangan dan membuka lapangan kerja baru. Jika dikelola dengan baik, BUMDes diyakini bisa berkontribusi nyata terhadap pembangunan desa.
“Pemerintah sudah jelas tujuannya membentuk BUMDes. Tinggal kita di desa bagaimana memaksimalkan itu,” tambahnya.
Meski menghadapi tantangan, menuju keberhasilan BUMDes tidak hanya ditentukan oleh besarnya modal, tetapi juga oleh semangat, komitmen, dan kemampuan pengelola dalam menjalankan usaha.
“Kami akan terus dorong agar pengurus lebih aktif dan profesional. Jangan sampai BUMDes hanya jadi simbol tanpa hasil,” pungkasnya.[]
Penulis : Jemi Irlanda Haikal | Penyunting : Risa Nurjanah