RIYADH – Kerajaan Arab Saudi telah mengeluarkan serangan media yang tajam terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, mencerminkan ketegangan yang meningkat terkait dengan kebijakan Israel di Gaza, Senin (10/02/2025).
Serangan tersebut muncul setelah diskusi tentang kemungkinan normalisasi hubungan antara Israel dan Arab Saudi yang kembali mengemuka.
Meskipun demikian, Riyadh tetap menegaskan bahwa hubungan tersebut baru dapat terlaksana apabila ada kemajuan nyata dalam pembentukan Negara Palestina.
Serangan ini dilancarkan melalui media pemerintah Arab Saudi setelah Netanyahu membuat komentar yang memicu kemarahan di kalangan pejabat kerajaan.
Dalam sebuah wawancara, Netanyahu mengoreksi penyataan seorang pembawa acara Israel yang mengatakan bahwa tidak ada kemungkinan normalisasi hubungan antara Arab Saudi dan Israel tanpa adanya pembentukan Negara Saudi.
Netanyahu mengoreksi dengan menyebutkan “Negara Palestina” dan mencuitkan bahwa “mereka memiliki banyak tanah” di Arab Saudi. Komentar tersebut langsung memicu kecaman keras dari media Arab Saudi.
Sebuah laporan yang disiarkan oleh saluran berita pemerintah Al Ekhbariya dengan jelas menggambarkan Netanyahu sebagai seorang “Zionis” dan menuduhnya sebagai penyebab utama pendudukan Palestina.
Tak hanya itu, acara bincang-bincang yang disiarkan oleh Al Arabiya mengangkat pertanyaan tentang kondisi mental Netanyahu.
Sementara itu, kolumnis di harian Okaz menyebut komentar Netanyahu sebagai “konyol dan menggelikan,” dan sejumlah pengamat pro-pemerintah bahkan menyebut Netanyahu sebagai “yang busuk” dalam komentar sosial media mereka.
Serangan ini muncul di tengah tekanan internasional yang meningkat, khususnya dari Amerika Serikat, yang mendorong Arab Saudi untuk menormalisasi hubungan dengan Israel.
Pada saat yang sama, Riyadh semakin menegaskan bahwa normalisasi hubungan dengan Israel harus diimbangi dengan pembentukan negara Palestina yang merdeka. Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman, pada bulan September lalu menegaskan bahwa kerajaan tidak akan mengakui Israel tanpa pembentukan Negara Palestina yang merdeka, termasuk Gaza dan Tepi Barat dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.
Kemarahan yang ditunjukkan Arab Saudi juga dipicu oleh pernyataan Presiden AS Donald Trump yang mengatakan bahwa warga Palestina harus dipaksa keluar dari Gaza.
Meski demikian, Arab Saudi menanggapi dengan keras rencana tersebut, dengan menegaskan bahwa perdamaian yang adil tidak akan tercapai tanpa pengakuan terhadap hak-hak Palestina sesuai dengan resolusi internasional.
Serangan media yang dilakukan Arab Saudi ini menunjukkan ketegangan yang semakin besar dalam hubungan internasional, serta menunjukkan keseriusan Riyadh dalam mendukung perjuangan Palestina.
Sementara itu, Netanyahu, yang sebelumnya memprediksi bahwa Arab Saudi akan mengikuti jejak negara-negara Teluk lainnya untuk menjalin hubungan diplomatik dengan Israel, kini harus menghadapi kecaman keras yang semakin membesar dari kerajaan yang kini mempertegas posisinya terkait Palestina. []
Redaksi03