Pojok Kreasi Kukar, Panggung Harmoni Tradisi dan Modernitas

KUTAI KARTANEGARA – Mal Pelayanan Publik (MPP) Kutai Kartanegara (Kukar) yang biasanya menjadi pusat layanan administrasi warga, Rabu (09/07/2025), berubah menjadi ruang apresiasi budaya. Suara sape alat musik khas Dayak berpadu dengan irama gitar dan dentuman cajon, membius para pengunjung dalam suasana syahdu. Grup musik etnik modern Sape Akustik Nusantara menjadi pengisi utama dalam program rutin Pojok Kreasi yang diinisiasi Dinas Pariwisata Kabupaten Kutai Kartanegara (Dispar Kukar).

Namun, penampilan grup musik ini bukan sekadar hiburan. Ia adalah cerminan transformasi ruang publik menjadi arena pelestarian budaya yang hidup. Dalam konteks pelayanan masyarakat, MPP Kukar menjadi contoh bagaimana ruang administratif juga bisa menjadi jembatan antara tradisi dan modernitas. Fairuz, Ketua sekaligus Manajer Sape Akustik Nusantara, mengungkapkan pentingnya mempertahankan unsur budaya dalam bentuk orisinalnya, meskipun dikombinasikan dengan nuansa kekinian.

“Kami tetap mengangkat sape sebagai alat utama. Unsur modern seperti gitar dan cajon hanya pelengkap. Tujuan kami adalah mempertahankan identitas musik tradisional Dayak agar tetap hidup dan dikenal luas, khususnya oleh generasi muda,” ujarnya.

Sejak berdiri akhir tahun 2021, grup ini telah menghidupkan semangat kolaborasi. Meski hanya memiliki tiga personel inti, mereka kerap menggandeng musisi lokal dalam berbagai penampilan. Repertoar lagu yang mereka tampilkan tidak terbatas pada lagu daerah, tetapi juga mencakup lagu-lagu populer lintas generasi yang diaransemen dengan gaya khas sape. Menurut Fairuz, keberadaan Pojok Kreasi memberi peluang besar bagi komunitas musik seperti mereka untuk terus bertumbuh.

“Kami senang bisa tampil lagi di MPP. Ini bukan pertama kalinya. Panggung ini sangat membantu kami menjaga eksistensi, apalagi dengan dukungan penonton yang selalu antusias. Kami berharap event seperti ini terus berjalan karena sangat berdampak pada pelestarian budaya lokal,” tambahnya.

Dari sisi pemerintah, program Pojok Kreasi bukan hanya sarana tampil, tetapi juga bagian dari strategi memperluas jejaring komunitas kreatif daerah. Kepala Bidang Ekonomi Kreatif Dinas Pariwisata Kukar, Zikri Umulda, menyebut konsistensi Sape Akustik Nusantara sebagai contoh bagaimana komunitas seni bisa menjadi motor pelestari budaya.

“Kami melihat konsistensi dari Sape Akustik Nusantara sebagai hal yang patut diapresiasi. Mereka tidak hanya tampil, tapi juga membawa misi pelestarian budaya. Pojok Kreasi hadir memang untuk memberi panggung dan kesempatan kepada pelaku seni dan ekonomi kreatif di Kukar,” kata Zikri.

Ia menambahkan, peran MPP tidak lagi terbatas pada fungsi pelayanan birokrasi, melainkan juga menjadi titik temu antar-elemen masyarakat melalui seni.

“Dengan keterlibatan komunitas seperti Sape Akustik Nusantara, kami ingin menunjukkan bahwa pelestarian budaya bisa dilakukan secara modern dan relevan. Kami akan terus fasilitasi dan mendukung komunitas-komunitas kreatif untuk tampil, berkembang, dan dikenal lebih luas,” pungkasnya.

Penampilan Sape Akustik Nusantara di Pojok Kreasi menjadi bukti bahwa ekspresi seni dapat menghidupkan ruang pelayanan publik. Musik tradisi Dayak, dalam balutan gaya modern, hadir bukan sekadar nostalgia, melainkan identitas yang hidup dan terus berkembang di tengah masyarakat.[] ADVERTORIAL

Penulis: Jemi Irlanda Haikal | Penyunting: Rasidah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com