BALIKPAPAN – Penurunan harga sejumlah komoditas kebutuhan pokok membawa angin segar bagi warga Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU). Pada Juni 2025, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat PPU mengalami deflasi sebesar 0,22 persen secara bulanan (month to month/mtm). Secara tahunan, inflasi di PPU hanya mencapai 1,26 persen (year on year/yoy), jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata nasional sebesar 1,87 persen maupun rerata empat kota di Kalimantan Timur yang mencapai 1,62 persen.
Deflasi ini terutama dipicu oleh turunnya harga pada kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau. Komoditas seperti daging ayam ras, ikan tongkol, ikan kembung, jeruk, dan sawi hijau mengalami penurunan harga yang cukup signifikan. Kondisi ini disambut baik oleh masyarakat karena membantu meringankan pengeluaran rumah tangga.
“Di PPU, kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau menjadi penyumbang deflasi utama. Komoditas seperti daging ayam ras, ikan tongkol, ikan kembung, jeruk, dan sawi hijau mencatatkan penurunan harga signifikan,” ungkap Robi, perwakilan Bank Indonesia (BI), Selasa (08/07/2025).
Ia menjelaskan, masuknya pasokan ayam beku dari Pulau Jawa dan hasil tangkapan laut yang melimpah menyebabkan turunnya harga ayam dan ikan. Sementara penurunan harga sayur dan buah terjadi berkat distribusi dan ketersediaan stok yang stabil di pasaran.
Meski demikian, tidak semua komoditas menunjukkan tren penurunan harga. Beberapa justru mengalami kenaikan dan mendorong inflasi terbatas di PPU. Komoditas tersebut antara lain tomat, beras, bawang merah, sigaret kretek tangan (SKT), dan kacang panjang. Robi menyebut, curah hujan tinggi serta biaya usaha tani yang meningkat menjadi penyebab utama naiknya harga.
Sementara itu, kondisi ekonomi di Balikpapan menunjukkan tren positif dari sisi psikologis masyarakat. Berdasarkan Survei Konsumen Bank Indonesia pada Juni 2025, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) tercatat sebesar 137,3, meningkat dibandingkan 128,1 pada bulan sebelumnya.
“Peningkatan keyakinan ini menunjukkan bahwa masyarakat masih optimis terhadap kondisi dan prospek ekonomi ke depan, meski masih dihadapkan pada berbagai tantangan, seperti musim hujan berkepanjangan dan dinamika harga pangan,” katanya.
Untuk menjaga stabilitas harga di daerah, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah daerah dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dari Balikpapan, PPU, dan Kabupaten Paser. Upaya tersebut mencakup pemantauan harga, penguatan kerja sama antardaerah (KAD), serta pelaksanaan operasi pasar dan gelar pangan murah secara berkala.
“Melalui program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP), kami terus berupaya menjaga inflasi tetap dalam kisaran target nasional, yaitu 2,5 persen ±1 persen. Strategi ini juga akan didukung oleh roadmap pengendalian inflasi daerah tahun 2025–2027,” tutup Robi.
Deflasi di PPU tidak hanya berdampak pada angka statistik, tetapi memberi kelegaan bagi masyarakat yang selama ini dibayangi kekhawatiran atas harga pangan. Jika tren ini dapat dipertahankan dengan pengawasan dan intervensi yang tepat, maka daya beli warga akan tetap terjaga, terutama menjelang momentum penting seperti tahun ajaran baru atau hari besar keagamaan.[]
Penulis: Desy Alfy Fauzia | Penyunting: Rasidah
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan