SAMARINDA – Setiap akhir pekan, suasana di lingkungan Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kalimantan Timur (Kaltim) tampak berbeda. Tidak sekadar menjadi pusat aktivitas kebugaran dan olahraga, kawasan ini juga bertransformasi menjadi arena yang memberi peluang ekonomi bagi masyarakat, melalui kegiatan wisata belanja (wisbel) yang rutin digelar setiap Hari Minggu.
Kegiatan Wisbel kini menjadi bagian tak terpisahkan dari pengelolaan aset Dispora. Fasilitas negara yang dikelola tidak hanya dimanfaatkan untuk olahraga, tetapi juga diarahkan agar memberi manfaat ganda, khususnya dalam mendorong pertumbuhan sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Armen Arbianto, Kepala Sub Bagian Tata Usaha UPTD Pengelola Prasarana Olahraga Dispora Kaltim, mengonfirmasi bahwa pihaknya secara terbuka memberikan ruang kepada masyarakat untuk beraktivitas ekonomi. “Di Hari Minggu itu memang kita fasilitasi untuk dipakai berdagang, sebagai bagian dari kegiatan wisata belanja (wisbel) yang kita buka untuk umum,” ujar Armen saat ditemui di Kantor Kadrie Oening Tower, Rabu (04/06/2025) siang.
Program tersebut tak hanya menumbuhkan geliat ekonomi lokal, tetapi juga memberi dampak langsung terhadap pengelolaan keuangan daerah. Armen menjelaskan bahwa setiap pemanfaatan fasilitas tetap mengikuti aturan hukum yang berlaku, termasuk kontribusi retribusi kepada pemerintah daerah. “Selain memberi peluang ekonomi kepada masyarakat, kegiatan wisata belanja ini juga memberikan dampak positif kepada pemerintah karena ada unsur retribusinya,” ungkapnya.
Ia menegaskan bahwa penggunaan gedung atau fasilitas Dispora dilakukan secara tertib dan sesuai peraturan daerah (Perda) tentang retribusi penggunaan aset milik pemerintah. “Gedung-gedung yang kita gunakan ini kan ada juga retribusinya Perda, jadi bukan hanya kita dapat uang dari masyarakat terus kita bangunkan lalu kita biarkan saja,” tegas Armen.
Menurut Armen, pengelolaan sarana dan prasarana olahraga yang dilakukan Dispora Kaltim bukan sekadar untuk penyediaan fasilitas, melainkan harus menghasilkan siklus ekonomi yang sehat dan transparan. Setiap pemanfaatan ruang diarahkan agar dapat menghasilkan kontribusi yang kembali memperkuat pelayanan publik. “Yah kita bangun dengan baik, yang sekiranya ada potensi kita sewakan, yang kita sewakan lari ke kas lagi untuk menutupi lagi,” jelas Armen.
Strategi ini mencerminkan upaya Dispora Kaltim untuk memastikan bahwa anggaran yang dikelola tidak hanya berhenti pada pembangunan fisik, tetapi terus berputar untuk pembaruan, pemeliharaan, dan peningkatan fasilitas yang ada. Armen pun menyebut bahwa jika fasilitas tidak dimanfaatkan secara aktif, maka konsekuensinya bisa cukup berat, terutama dalam aspek pembiayaan operasional. Oleh sebab itu, masyarakat dilibatkan secara langsung agar ruang-ruang publik dapat difungsikan lebih produktif.
“Kalau kita diamkan saja, tidak disewakan dan tidak difungsikan, maka kita akan kesulitan sendiri dalam pembiayaan perawatan maupun peningkatan fasilitas,” ujarnya. Tak hanya menjadi wadah ekonomi, kegiatan Wisbel juga dianggap mampu menghidupkan kembali kawasan olahraga sebagai pusat interaksi sosial. Pendekatan ini menjadi bagian dari transformasi ruang publik yang inklusif dan adaptif terhadap kebutuhan masyarakat perkotaan.
Ke depan, Dispora Kaltim akan terus mengevaluasi serta mengembangkan pola pemanfaatan aset agar bisa merespons kebutuhan yang lebih luas dari warga, baik dalam bidang ekonomi, sosial, maupun kegiatan olahraga. Dengan pendekatan kolaboratif dan transparan, kawasan Dispora tak hanya menjadi tempat berolahraga, tetapi juga tumbuh menjadi simpul aktivitas publik yang memberi manfaat jangka panjang. (ADVERTORIAL)
Penulis: Yus Rizal Zulfikar | Penyunting: Nursiah