Sejumlah Negara Eropa Minta Warga Siaga Perang

JAKARTA – Sejumlah negara di Eropa mulai mengeluarkan imbauan kepada warganya untuk bersiap menghadapi kemungkinan konflik bersenjata, di tengah kekhawatiran akan meluasnya perang antara Rusia dan Ukraina yang telah berlangsung sejak 2022.

Langkah ini diambil sebagai respons terhadap meningkatnya ketegangan geopolitik dan ketidakpastian dukungan dari Amerika Serikat terhadap aliansi NATO. Pemerintah negara-negara tersebut kini mendorong warganya membangun ketahanan psikologis, menyimpan logistik darurat, hingga mengikuti simulasi evakuasi jika sewaktu-waktu konflik pecah di wilayah mereka.

Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte, dalam pernyataannya pada Desember 2024 lalu kepada para pakar keamanan di Brussels, menegaskan bahwa sudah waktunya bagi Eropa untuk beralih ke pola pikir “masa perang”.

Senada dengan pernyataan itu, Komisi Eropa pada Maret 2025 mengeluarkan pedoman darurat yang mendorong masyarakat menyimpan kebutuhan dasar seperti makanan dan air bersih untuk bertahan minimal 72 jam apabila terjadi krisis.

Beberapa negara telah mengambil langkah konkret. Jerman, misalnya, memperbarui Petunjuk Kerangka Kerja untuk Pertahanan Menyeluruh pada Juni 2024. Dokumen itu memberikan panduan lengkap mengenai skenario jika Eropa kembali dilanda peperangan, termasuk bagaimana masyarakat harus bersikap dan melindungi diri.

Sementara itu, Swedia telah membagikan panduan bertahan hidup bertajuk Jika Krisis atau Perang Datang kepada jutaan penduduknya. Panduan ini menyarankan warga bersembunyi di mana saja, menutup ventilasi, dan terus memantau informasi resmi melalui Sveriges Radio.

Finlandia, yang berbatasan langsung dengan Rusia sepanjang 1.340 kilometer, bahkan telah lebih dulu bersiap. Sejak 1950-an, negara ini mewajibkan pembangunan tempat perlindungan bawah tanah di setiap bangunan apartemen dan kantor. Setelah invasi Rusia ke Ukraina dimulai, pemerintah Finlandia menemukan lebih dari 50 ribu bunker yang mampu menampung sekitar 4,8 juta warga dari total populasi 5,6 juta jiwa.

Kementerian Dalam Negeri Finlandia juga telah merilis panduan krisis yang diperbarui pada akhir 2024, mencakup strategi menghadapi pemadaman listrik massal, gangguan jaringan komunikasi, bencana cuaca ekstrem, hingga ancaman militer.

Wakil Presiden German Marshall Fund untuk Keamanan Transatlantik, Claudia Major, menyatakan bahwa kewaspadaan warga sangat penting, namun tetap harus diimbangi agar tidak menimbulkan kepanikan.

“Batasannya adalah meningkatkan kesiapsiagaan tanpa menimbulkan ketakutan berlebihan. Kami ingin masyarakat waspada, bukan panik,” ujarnya, Minggu (13/04/2025).

Kondisi ini mencerminkan kekhawatiran yang semakin nyata di benua Eropa, bahwa konflik regional dapat meluas menjadi krisis global. Pemerintah-pemerintah di Eropa kini berusaha memperkuat kesiapan sipil sebagai bagian dari strategi pertahanan menyeluruh. []

Redaksi03

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com
X