BALIKPAPAN – Kenaikan tarif listrik akibat berakhirnya kebijakan diskon pemerintah menjadi penyumbang utama inflasi di Kota Balikpapan pada April 2025. Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Balikpapan, Robi Ariadi, mengungkapkan bahwa tarif listrik menduduki peringkat pertama sebagai komoditas penyumbang inflasi tertinggi di kota ini.
“Kenaikan tarif listrik terjadi seiring berakhirnya kebijakan diskon 50 persen bagi pelanggan dengan daya 2.200 VA ke bawah yang berlaku hingga Februari 2025. Sejak Maret, tarif kembali normal dan berdampak pada pembayaran bulan April untuk pelanggan pascabayar,” jelasnya, Jumat (23/5/2025).
Selain listrik, BI juga mencatat kenaikan harga beberapa komoditas lain yang ikut mendorong inflasi, antara lain emas perhiasan, sawi hijau, bahan bakar rumah tangga (BRRT), dan ikan layang. Namun demikian, berbagai langkah antisipatif terus dilakukan oleh pemerintah dan Bank Indonesia guna menekan laju inflasi.
“Pada 24 April lalu, telah dilaksanakan High Level Meeting Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) yang berfokus pada percepatan realisasi kerja sama antar daerah (KAD) di Balikpapan, Penajam Paser Utara, dan Paser,” tambahnya.
Hasil pertemuan tersebut menghasilkan dokumen komitmen bersama yang ditandatangani oleh Perumda Prima Jaya Taka (Paser), Perumda Benuo Taka (PPU), dan Perumda Manuntung Sukses (Balikpapan).
Robi menyebutkan, pada April 2025 Indeks Harga Konsumen (IHK) Balikpapan mengalami inflasi sebesar 0,69 persen (mtm). Sementara secara tahunan, inflasi tercatat sebesar 1,51 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan tingkat inflasi nasional yang mencapai 1,95 persen (yoy), dan gabungan empat kota di Kalimantan Timur yang berada di angka 1,57 persen.
Penulis: Desy Alfy Fauzia | Penyunting: Nursiah