Ketua Komisi I DPRD Samarinda Minta Pedagang Di Jalan APT Pranoto Jaga Kebersihan

SAMARINDA – Fenomena warga yang berjualan di kawasan Jalan APT Pranoto, Samarinda, kembali menjadi sorotan. Ketua Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Samarinda, Samri Shaputra, mengingatkan perlunya pendekatan yang lebih arif dalam menyikapi aktivitas tersebut. Menurutnya, apa yang dilakukan masyarakat tidak bisa dipandang sekadar pelanggaran, tetapi juga sebagai cerminan dari kondisi ekonomi yang semakin sulit.

Samri mengaku pernah melihat langsung bagaimana kawasan APT Pranoto kini berubah menjadi lebih hidup pada malam hari. Ia menilai perubahan itu tidak lepas dari fasilitas kota yang semakin baik. “Saya juga pernah ngopi di sana ya, melihat fenomena di APT Pranoto sekarang kok jadi ramai, dulu orang lewat situ agak merinding karena gelap sekarang sudah terang, ada lampu-lampu jalan, kemudian difasilitasi trotoar yang lebar,” ujarnya di Kantor DPRD Kota Samarinda, Selasa (12/08/2025) siang.

Menurut Samri, keberadaan pedagang tidak perlu langsung ditindak tegas. Selama aktivitas itu dilakukan pada malam hari dan tidak mengganggu kepentingan umum, menurutnya masih bisa ditoleransi. “Kalau itu dilakukan di malam hari mungkin kita tidak bukannya memberikan izin secara resmi gitu ya tapi mungkin diberikan izin secara ilegal, kira-kira begitulah,” ungkapnya.

Ia menegaskan bahwa para pedagang adalah bagian dari warga Samarinda yang juga berjuang memenuhi kebutuhan keluarga. Karena itu, pendekatan yang terlalu keras justru berisiko menimbulkan masalah baru. “Karena yang berusaha itu masyarakat kita juga tapi harus diperhatikan pertama jangan mengganggu kepentingan umum, kedua jangan menyisakan sampah, artinya selama itu tidak mengganggu kepentingan umum, menurut kami biarkanlah,” tegasnya.

Lebih jauh, Samri menilai keterbatasan lapangan kerja dan situasi ekonomi yang makin berat telah mendorong banyak orang mencari penghasilan tambahan. Jika semua ruang usaha warga ditutup, ia khawatir konsekuensinya bisa lebih buruk. “Masyarakat kita sekarang sudah putus asa mencari nafkah, di mana-mana dilarang di sini dilarang di situ dilarang, terus mau apa mereka, nanti yang ada terjadi malah tingkat kriminal meningkat karena mau jualan dilarang,” jelasnya.

Berdasarkan pengamatannya, keuntungan pedagang di kawasan tersebut juga tidak besar. Mereka hanya berjualan dari malam hingga tengah malam dengan penghasilan yang terbatas. “Masyarakat yang berusaha di situ hanya sekadar menyambung hidup kan, mulai jam 7:00 sampai paling jam 12:00 mereka sudah tutup, penghasilannya juga gak seberapa,” katanya.

Samri bahkan sempat menghitung secara sederhana pendapatan salah satu warung kopi. “Saya pernah duduk di situ dari jam 9:00 sampai jam 12:00 hanya satu gelas kopi setelah itu saya cuma membayar 5.000, bayangkan kalau orang yang seperti saya duduk dari jam 9:00 sampai jam 12:00 ada 10 orang, berarti dia penghasilannya cuma Rp50.000,” tuturnya.

Meski menyarankan toleransi, Samri tetap meminta pedagang disiplin menjaga ketertiban dan kebersihan. Jika dua hal itu diabaikan, menurutnya, aparat pasti akan turun tangan. “Intinya ya saya waktu itu sambil menghimbau juga saya bilang kita ini berusaha begini, jangan memancing petugas kemudian memberantas, pertama jangan mengganggu kepentingan umum, yang kedua sampah berserakan, jika itu terjadi tanpa dilapor pun kalian akan diberantas,” pungkasnya.[] ADVERTORIAL

Penulis: Yus Rizal Zulfikar | Penyunting: Rasidah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com