JAKARTA – Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (RI) mencatat sejak awal tahun 2024 hingga, 18 Maret 2024, ada sekitar 35.556 kasus demam berdarah dengue (DBD). Di antara kasus tersebut, sebanyak 290 pasien meninggal dunia. “DBD sudah dilaporkan di 350 kabupaten/kota di 24 provinsi. Kematian terjadi di 92 kabupaten/kota,” kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan dr Imran Pambudi dalam temu media di, Jakarta Selatan (Jaksel, Red), Kamis (21/03/2024) kemarin.
Imran mengatakan kasus DBD terbanyak terjadi di Provinsi (Prov.) Jawa Barat (Jabar) dengan 10.426 pasien. Disusul Jawa Timur (Jatim) dengan 3.638 kasus dan Sulawesi Tenggara (Sultra 2.763 kasus. Peningkatan kasus DBD di Indonesia disebut terjadi karena beberapa hal, salah satunya curah hujan yang anomali. Belakangan, cuaca di Indonesia terpantau tidak menentu sehingga membuat nyamuk Aedes Agepty mudah berkembang biak.
“Sekarang hujannya ini aneh. Bisa hujan deras selama beberapa hari, kemudian panas. Ini yang menyebabkan genangan dari hujan tersebut menimbulkan breeding places, sarang nyamuk yang semakin banyak,” jelas Imran.
“Lebih aman kalau hujannya terus menerus, sehingga airnya terganti. Hujan yang terjadi sekarang justru bahaya jika terkait DBD,” sambungnya.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes) mendorong setiap kabupaten di seluruh wilayah Indonesia untuk siap dalam menghadapi demam berdarah dengue. Persiapan yang bisa dilakukan yakni mengingatkan masyarakat melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) hingga mempersiapkan fasilitas layanan kesehatan termasuk obat-obatan. []
Redaksi07