TANJUNG SELOR – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) mencatat bahwa pengembangan hortikultura di wilayah ini belum menunjukkan hasil yang sesuai dengan harapan. Hal ini diungkapkan oleh Kepala BPS Kaltara, Mas’ud Rifai, dalam publikasi terbarunya yang dirilis pada Minggu (12/01/2025).
Menurut Mas’ud, meskipun potensi lahan yang dimiliki Kaltara sangat mendukung untuk pengembangan komoditas hortikultura, namun kuantitas dan produktivitas yang dihasilkan masih fluktuatif.
Mas’ud menjelaskan bahwa kondisi ini mengakibatkan produk hortikultura dari Kaltara sulit bersaing dengan komoditas serupa dari daerah lain, bahkan dengan produk impor.
“Kuantitas dan produktivitas masih tidak stabil, sehingga produk dari daerah kita belum bisa bersaing di pasar yang lebih luas,” ujarnya.
Meski demikian, Mas’ud menegaskan bahwa potensi lahan di Kaltara sangat mendukung untuk pengembangan berbagai komoditas sayuran dan buah. Ia menyebutkan bahwa luas lahan yang dapat ditanami dengan sayuran dan buah-buahan sangat besar, dan jenis tanaman yang dapat dikembangkan pun beragam.
“Hanya saja, untuk mencapai potensi tersebut diperlukan kepedulian dan kemauan yang besar dari semua pihak yang terlibat dalam sektor pertanian,” tambahnya.
Pada tahun 2023, BPS mencatat sebanyak 18 jenis sayuran dan buah semusim dipanen di Kaltara. Beberapa di antaranya adalah bawang daun, bawang merah, bayam, buncis, cabai besar, cabai keriting, cabai rawit, jamur tiram, kacang panjang, kangkung, kembang kol, ketimun, labu siam, melon, petsai/sawi, semangka, terung, dan tomat.
Dari keseluruhan tanaman tersebut, luas panen mengalami peningkatan yang signifikan, terutama pada tanaman jamur tiram yang mengalami lonjakan sebesar 1.923,21 persen, diikuti oleh labu siam dengan peningkatan 461,54 persen, dan bawang merah yang meningkat 323,08 persen.
Namun, tidak semua tanaman mengalami peningkatan. Beberapa jenis tanaman justru mencatatkan penurunan luas panen, seperti kembang kol yang mengalami penurunan sebesar 80 persen, cabai besar (-6,45 persen), dan cabai rawit (-5,22 persen).
Di sisi lain, tanaman kangkung, bayam, petsai/sawi, dan cabai rawit tercatat memiliki luas panen terbesar, masing-masing dengan luas panen 509,5 hektar, 486,31 hektar, 462,81 hektar, dan 444,47 hektar.
Dari tanaman-tanaman tersebut, bayam mengalami kenaikan luas panen terbesar, yaitu sebesar 12,27 persen, diikuti oleh kangkung dengan kenaikan 8,25 persen, dan petsai/sawi dengan kenaikan 0,11 persen. Sementara itu, tanaman cabai rawit justru mengalami penurunan luas panen sebesar 5,22 persen.
Mas’ud juga menyebutkan bahwa beberapa komoditas hortikultura memiliki potensi besar untuk berkembang di tingkat nasional, seperti jamur, bawang merah, cabai rawit, cabai besar, dan kubis. Meskipun demikian, komoditas cabai rawit dan cabai besar dinilai memiliki peluang untuk dikembangkan lebih lanjut di Kalimantan Utara, meskipun luas panen kedua komoditas tersebut masih relatif kecil dibandingkan dengan provinsi lain.
“Jamur, bawang merah, dan kubis masih memiliki pemanenan yang terbatas di Kaltara,” ujar Mas’ud.
Secara keseluruhan, pengembangan hortikultura di Kaltara membutuhkan perhatian lebih agar sektor ini dapat memberikan kontribusi yang lebih signifikan terhadap perekonomian daerah dan bersaing dengan produk dari daerah lain.
Pemda dan masyarakat diharapkan untuk terus berupaya meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi hortikultura yang ada. []
Redaksi03