Puluhan Ribu Warga Tuntut Pembebasan Presiden Rodrigo Duterte

MANILA – Sekitar 20.000 orang mengikuti demonstrasi di Kota Davao, Filipina, pada Minggu (16/03/2025) untuk mendukung mantan Presiden Rodrigo Duterte. Mereka menuntut pembebasan dan pemulangan Duterte yang kini diadili di Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) atas dugaan kejahatan terhadap kemanusiaan selama masa pemerintahannya, khususnya dalam perang melawan narkoba.

Para pendukung Duterte mengubah perayaan ulang tahun ke-88 Kota Davao menjadi unjuk kekuatan dengan meneriakkan yel-yel dan seruan agar mantan presiden kembali ke tanah air. Davao, yang merupakan kota kelahiran Duterte, menjadi pusat perayaan ini. Seperti dilaporkan oleh Rappler, para peserta unjuk rasa juga mengadakan rapat umum doa di Taman Rizal, yang terletak tidak jauh dari balai kota.

Duterte, yang pernah menjabat sebagai wali kota Davao, tengah menghadapi dakwaan di ICC terkait dugaan pembunuhan massal yang terjadi selama operasi antinarkoba pada masa pemerintahannya antara 2016 hingga 2022. Pada hari Rabu lalu, Duterte dipindahkan ke Den Haag, Belanda, untuk menjalani sidang perdana atas dakwaan tersebut. Sidang berlangsung pada Jumat (14/3/2025) dengan Hakim Julia Antoanella Motoc memimpin sidang melalui video. Sidang tersebut lebih bersifat prosedural, dengan tujuan untuk mengonfirmasi identitas Duterte dan menentukan langkah-langkah hukum selanjutnya.

Meskipun dalam kondisi terpidana, Duterte tetap memperoleh dukungan kuat dari para pengikutnya. Dalam sebuah kesempatan, putri Duterte, Wakil Presiden Sara Duterte, menyampaikan pesan kepada para pendukungnya untuk tetap tenang dan yakin bahwa ayahnya akan melalui proses hukum ini. “Ada akhir dari segalanya. Ada hari perhitungan,” ujar Sara Duterte kepada para pendukung di luar gedung ICC.

Selama masa kepemimpinan Duterte, operasi antinarkoba yang dilancarkan oleh kepolisian Filipina menyebabkan setidaknya 6.252 orang tewas, meskipun kelompok hak asasi manusia melaporkan angka korban mencapai lebih dari 27.000 orang. Keputusan ICC untuk melanjutkan penyelidikan terhadap Duterte ini memicu protes dari sebagian besar pendukungnya yang menganggapnya sebagai pahlawan yang berjuang melawan narkoba, namun di sisi lain, banyak kelompok internasional mengecam kebijakan keras tersebut sebagai pelanggaran hak asasi manusia.

Proses hukum terhadap Duterte ini terus berlangsung, dan protes di Filipina menunjukkan adanya perpecahan yang dalam mengenai warisan kepemimpinan mantan presiden tersebut. []

Redaksi03

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com
X