PARLEMENTARIA KALTIM – Di tengah megahnya struktur Jembatan Pulau Balang yang membentang di atas perairan Kalimantan Timur, harapan warga Penajam Paser Utara (PPU) untuk memperoleh akses darat yang layak masih tertahan. Hingga kini, jembatan yang telah diresmikan dan rampung secara fisik itu belum juga dibuka untuk umum.
Sorotan datang dari Anggota Komisi III DPRD Kalimantan Timur, Baharuddin Muin, yang menyuarakan kekecewaan masyarakat daerah pemilihannya, yakni PPU dan Paser. Ia mempertanyakan lambannya langkah pemerintah untuk membuka jembatan tersebut meskipun seluruh infrastruktur pendukung telah siap. “Berharap Jembatan Pulau Balang segera dibuka, karena masyarakat Penajam sudah menunggu bertahun-tahun. Jalan dari sisi Penajam sudah lama siap dan jembatan juga sudah berdiri megah, tapi kenapa sampai sekarang belum dibuka juga untuk umum,” Ujar Baharuddin saat ditemui di Samarinda, Rabu (04/05/2025).
Menurutnya, satu-satunya kesempatan warga menikmati jembatan itu adalah saat momentum arus mudik dan balik Idulfitri 2025, itu pun hanya bersifat sementara dengan sistem buka-tutup satu arah. Padahal, menurut Baharuddin, keberadaan jembatan tersebut menyimpan nilai penting bagi pemerataan pembangunan antarwilayah. “Jembatan Pulau Balang bukan sekadar proyek fisik, melainkan simbol keadilan antara infrastruktur serta konektivitas antarwilayah yang akan menyentuh langsung kehidupan warga PPU,” Katanya.
Ia menambahkan, jika jembatan benar-benar dibuka secara permanen, maka manfaatnya akan dirasakan secara langsung oleh masyarakat, khususnya dalam menurunkan biaya logistik dan memperlancar distribusi kebutuhan pokok. “Kalau jembatan ini benar-benar dibuka, saya yakin masyarakat PPU pasti senang. Ekonominya akan tumbuh, harga kebutuhan pokok bisa lebih murah, dan akses semakin lancar. Saat ini semua masih mahal karena barang harus dikirim lewat feri atau speedboat,” Lanjutnya.
Baharuddin juga menyinggung aspek keselamatan transportasi air yang kini mulai diragukan oleh masyarakat, terlebih setelah insiden feri tenggelam beberapa waktu lalu. “Apalagi dengan kejadian yang tenggelam itu, orang-orang juga serba hati-hati untuk naik feri. Kalau sudah ada jembatan kemungkinan bakal beralih, kecuali mereka yang dekat situ bila akan belanja masih naik feri. Tapi saya kira feri lambat atau cepat pasti akan tutup jika Jembatan Pulau Balang benar dibuka permanen untuk umum,” Jelasnya.
Kini, infrastruktur yang pernah diresmikan Presiden Joko Widodo tersebut seakan kehilangan fungsinya. Meski telah berdiri megah dan menyambungkan dua wilayah strategis, jembatan tersebut belum memberi dampak konkret bagi mobilitas warga.
Keterlambatan pemanfaatan Jembatan Pulau Balang dinilai oleh banyak pihak sebagai bentuk pemborosan anggaran negara yang seharusnya bisa segera diubah menjadi alat pertumbuhan ekonomi. Warga berharap, pemerintah segera memberi kejelasan atas masa depan jembatan ini agar tidak sekadar menjadi bangunan monumental, tetapi benar-benar menjadi penghubung kehidupan. []
Penulis: Guntur Riyadi | Penyunting: Agnes Wiguna