SAMARINDA – Wacana pembangunan pintu air sebagai bagian dari sistem pengendalian banjir permanen di Samarinda kini semakin menguat, seiring langkah kolaboratif antara Pemerintah Kota (Pemkot) dan DPRD. Solusi ini menjadi bagian dari pendekatan jangka panjang untuk mengatasi persoalan banjir yang telah berlangsung selama bertahun-tahun, terutama pada musim hujan.
Munculnya kembali intensitas banjir tinggi dalam beberapa waktu terakhir menunjukkan bahwa pendekatan penanganan konvensional dinilai belum cukup. Menyadari hal itu, Pemerintah Kota bersama DPRD Samarinda mendorong implementasi proyek besar berupa normalisasi Sungai Mahakam dan Sungai Karang Mumus, yang akan dilengkapi sistem pintu air seperti yang telah berhasil diterapkan di kota-kota besar lain.
“Memang ada dorongan kuat untuk melakukan normalisasi Sungai Karang Mumus dan Sungai Mahakam. Dalam rapat dengar pendapat, DPRD mengetahui bahwa Pemerintah Kota Samarinda telah menyusun rencana jangka panjang untuk mengusulkan pembangunan pintu air,” ujar Yusrul Hana, Anggota Komisi III DPRD Samarinda, saat diwawancarai Sabtu (07/06/2025).
Pembangunan pintu air tersebut diproyeksikan menelan anggaran besar, yakni antara Rp600 hingga Rp700 miliar. Karena itu, Pemkot tidak hanya mengandalkan anggaran daerah, tetapi mengajukan dukungan ke pemerintah pusat melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
“Usulan ini diarahkan ke pemerintah pusat, bukan didanai oleh daerah,” jelas Yusrul.
Dukungan politik di level nasional pun mulai terbangun. Wali Kota Samarinda telah berkoordinasi dengan Anggota DPR RI Dapil Kalimantan Timur, Budi Satrio Djiwandono, yang siap mengawal proses usulan ke Kementerian PUPR agar percepatan pembangunan pintu air ini bisa segera terealisasi.
Yusrul menyebut bahwa sistem pintu air yang dirancang mengadopsi model yang diterapkan di kawasan Pantai Indah Kapuk (PIK), Jakarta. Sistem tersebut terbukti efektif menahan intrusi air pasang dari laut sekaligus memungkinkan air dari dalam kota tetap mengalir keluar.
“Prinsip inilah yang ingin diterapkan di Samarinda, agar banjir akibat intrusi air Sungai Mahakam bisa dicegah, sementara air hujan tetap dapat dialirkan keluar kota,” tambahnya.
Jika direalisasikan, proyek ini diperkirakan akan memberikan dampak signifikan bagi masyarakat. Selain mengurangi risiko banjir besar, manfaat jangka panjangnya juga mencakup perlindungan terhadap lingkungan hidup, pengamanan infrastruktur kota, dan peningkatan kualitas hidup warga.
Pemkot dan DPRD Samarinda berharap, pemerintah pusat tidak menunda lebih lama realisasi proyek ini, mengingat potensi kerugian akibat banjir makin besar seiring perubahan iklim global yang terus memperparah kondisi hidrometeorologi. (ADVERTORIAL)
Penulis: Rifki Irlika A