KUTAI KARTANEGARA — Semangat untuk melestarikan sekaligus menyegarkan seni tari tradisional terus digelorakan oleh Dinas Pariwisata (Dispar) Kutai Kartanegara (Kukar) melalui program Road to East Borneo International Folklore Festival (EBIFF) 2025. Sebanyak 18 sanggar tari dari berbagai kecamatan di Kukar dilibatkan dalam proses kurasi yang berlangsung dalam dua tahap di area publik Simpang Odah Etam (SOE), Tenggarong.
Kurasi tahap pertama digelar Sabtu malam (07/06/2025), menampilkan sembilan sanggar tari dengan beragam kreasi dan interpretasi seni yang mencerminkan kekayaan budaya lokal. Tahap kedua dijadwalkan berlangsung pada 14 Juli mendatang, yang akan menampilkan sembilan sanggar sisanya. Inisiatif ini tidak sekadar menjadi arena seleksi menuju festival internasional, namun juga sebagai ruang kreatif bagi seniman daerah dalam menafsirkan kembali tradisi melalui pendekatan yang lebih segar dan relevan.
Kepala Bidang Ekonomi Kreatif Dispar Kukar, Zikri Umulda, yang juga bertindak sebagai salah satu juri, menekankan pentingnya pendekatan baru dalam pengembangan seni pertunjukan tradisional. “Kami ingin menampilkan konsep tarian yang segar namun tetap berakar pada budaya Kutai. Tidak ada istilah siapa terbaik, yang kami cari adalah inovasi,” ujarnya usai malam pertama kurasi.
Zikri menyebutkan bahwa setiap sanggar diwajibkan membawakan sendratari berdurasi maksimal 15 menit, yang mengangkat dua bentuk tari khas Kukar, yakni tari Jepen Pesisir dan tari Dayak Pedalaman. Koreografi, narasi sinopsis yang dibawakan dalam bentuk cetak, properti panggung, dan busana menjadi bagian penting dalam penilaian. Tak kalah penting, musik pengiring wajib disiapkan dalam format audio, dengan jumlah penari maksimal sepuluh orang dalam satu kelompok.
Poin menarik lainnya adalah keberpihakan panitia pada sanggar yang telah memiliki badan hukum. Zikri menjelaskan bahwa hal ini menjadi indikator keseriusan dalam pengelolaan seni secara profesional. “Kami tidak mencari juara, tapi mencari suara baru. Kami ingin tarian ini menjadi pesan budaya yang kuat,” tegasnya.
Festival EBIFF 2025 dijadwalkan berlangsung pada 24 hingga 29 Juli mendatang di Kota Samarinda, Kalimantan Timur. Gelaran tersebut akan menghadirkan partisipan dari berbagai negara, serta delegasi seni dari kabupaten dan kota di seluruh Kalimantan Timur. Tahun lalu, festival ini sukses mendatangkan perwakilan dari Jepang, Bulgaria, dan Amerika Serikat, menjadikannya sebagai salah satu platform seni budaya yang mulai dilirik dunia internasional.
Kehadiran sanggar dari Kukar dalam ajang ini menjadi kesempatan emas untuk memperkenalkan identitas seni daerah secara lebih luas. Lebih dari sekadar penampilan, ini adalah momentum untuk menunjukkan bahwa seni tradisi bisa tetap hidup dan berkembang bila diberikan ruang untuk bertransformasi.
Dengan pendekatan pembinaan berbasis eksplorasi kreatif, Dispar Kukar berharap seni tari tidak hanya dijaga keberlangsungannya, tetapi juga dikembangkan sesuai dinamika zaman. Kurasi Road to EBIFF pun menjadi laboratorium budaya yang membuka peluang regenerasi seniman muda dalam merespons warisan lokal dengan cara baru, tanpa meninggalkan nilai-nilai tradisi yang mengakar.
Melalui dukungan penuh terhadap kegiatan ini, pemerintah daerah menunjukkan komitmen bahwa seni dan budaya merupakan kekuatan strategis dalam pembangunan identitas dan daya saing daerah di level nasional maupun global. [] ADVERTORIAL
Penulis: Jemi Irlanda Haikal | Penyunting: Rasidah