Tapak Raja, Gua di Pinggiran Ibu Kota Negara

TAPAK Raja namanya, merupakan gua yang menjadi salah satu destinasi wisata alam yang berada di pinggiran kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN). Lokasinya berada di Desa Wonosari, Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur. Hanya sekitar 31 kilometer menit dari Titik Nol IKN, dengan waktu tempuh kurang lebih satu jam perjalanan.  “Gua Tapak Raja merupakan salah satu destinasi wisata yang sudah siap menyambut wisatawan IKN. Apalagi jaraknya yang cukup dekat, hanya sekitar 30 km dari Titik Nol IKN, terlebih akses pun mudah dijangkau,” kata Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Kaltim Ririn Sari Dewi kepada awak media, beberapa waktu lalu.

Di kawasan IKN, katanya lagi, memiliki beragam DTW yang asyik, unik, dan menarik baik wisata buatan, wisata budaya karena beragam suku dan subsuku yang mendiami kawasan Sepaku. Terdapat pula DTW alam seperti hutan mangrove di Mentawir dan DTW gua di Wonosari. Pihak Dinas Pariwisata Kaltim juga telah beberapa kali mengunjungi DTW Gua Tapak Raja, bahkan melibatkan awak media dan sejumlah kreator media sosial asal Samarinda. “Dari apa yang saya lihat langsung, Gua Tapak Raja cukup eksotis sehingga memiliki daya tarik tersendiri. Semuanya masih alami dan bisa terlihat bagaimana pembentukan batu dari yang menetes di dalam gus baik berupa stalaktit maupun stalakmit,” ujar Ririn, sapaannya, setelah melihat ke dalam Gua Tapak Raja.

Menurut penuturan Kepala Desa Wonosari, Kasiyono, Gua Tapak Raja ini diyakini sebagai lokasi pertapaan pada zaman kerajaan, diyakini oleh para tokoh adat atau pemangku suku Paser. Diungkapkan Kasiyono, setelah zaman kerajaan, kegiatan pertapaan di Gua Tapak Raja kemudian diikuti oleh seorang tokoh suku Paser pada zaman gerombolan, yakni sekitar 1950 hinga 1960-an. “Tokoh tersebut tinggal di sini memperdalam ilmu kanuragan,” kata Kasiyono kepada wartawan.

Masyarakat juga percaya bahwa tokoh yang bertapa di Gua Tapak Raja tersebut memiliki seorang sahabat yang menunggu di dalam gua, bernama Bea. Kata Kasiyono, Bea ialah sosok makhluk halus penunggu gua. Maka dari itu, gua ini pernah disebut dengan nama Gua Bea. Dahulu, kawasan di sekitar Gua Batu Tapak Raja ini banyak ditumbuhi pohon elai, yaitu pohon durian berwarna kuning, yang dalam bahasa Paser disebut dengan paken.

Gua Tapak Raja jadi tempat wisata setelah sang tokoh suku Paser tidak lagi bertapa di Tapak Raja, gua tersebut tidak ada lagi penghuninya. Sekitar 1983, ujar Kasiyono, masyarakat dari Jawa datang bertransmigrasi dan menjadikan gua tersebut sebagai wisata untuk masyarakat lokal. Pembangunan Gua Tapak Raja tidak berjalan mudah. Pasalnya, saat itu belum ada akses jalanan untuk kendaraan bermotor menuju kawasan gua. “Belum ada jalan pada saat itu, jadi perlu jalan kaki sekitar 1,5 kilometer dari kantor desa menuju gua,” katanya.

Saat diangkat sebagai Kepala Desa Wonosari pada 2016, Kasiyono mengajak masyarakat setempat untuk bergotong royong membangun gua sebagai tempat wisata. Proses perencanaan disusun pada 2017, lalu pengerjaan dilakukan pada 2018. Gotong royong bersama masyarakat membuahkan hasil, karena akses jalan kaki ke lokasi gua jauh lebih singkat dari semula yakni menjadi 600 meter. Kegiatan pembangunan jalan menuju gua dilanjutkan pada 2019. Pada perencanaannya, destinasi wisata Gua Tapak Raja akan dibuka pada 2020. Namun sayangnya, pembukaan wisata tidak dilakukan lantaran pandemi Covid-19 melanda. Barulah setelah pandemi reda, Gua Tapak Raja diresmikan sebagai destinasi wisata pada 28 Mei 2022.

Destinasi wisata Gua Tapak Raja yang saat ini terus dikembangkan, didukung Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Sebagai upaya pemerintah dalam menunjang sektor pariwisata di kawasan IKN. Selain itu juga didukung PT Indexim Coalindo, hingga Gua Tapak Raja dilengkapi wahana tambahan, seperti flying fox dan jogging track. Untuk tiket masuk pun tergolong murah, yakni hanya 10 ribu per orang, pengunjung sudah bisa menikmati semua wisata di lokasi tersebut. Pengunjung pun bebas membeli makanan, minuman, dan aksesoris yang dijajakan warga setempat.

“Berkat bantuan banyak pihak dan dukungan dari dinas pariwisata, kini tempat wisata ini tidak hanya mengandalkan daya tarik gua, tapi juga ada tiga atraksi pendukung. Yaitu Danau Tapak Raja, Ekoriparian Tapak Raja, dan Cafe Tapak Raja. Pengunjung di sini cukup ramai, kami tidak hanya menonjolkan pariwisata saja, tetapi juga pemulihan lahan berbasis masyarakat berupa penghijauan untuk mengurangi pemanasan global,” paparnya. []

Penulis: Putri Aulia Maharani

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com