BPBD Kotim Imbau Warga Waspada, Ancaman Karhutla Kian Nyata

SAMPIT – Musim kemarau panjang tahun ini menghadirkan ancaman besar di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim). Rendahnya curah hujan menyebabkan sumber air, termasuk saluran sungai kecil, mulai mengering. Kondisi tersebut membuat potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) semakin tinggi, lantaran sulitnya pasokan air untuk pemadaman.

Fenomena ini terlihat di saluran Sungai Teluk Tewah, Desa Luwuk Bunter. Bahkan, anak sungai yang terhubung ke Sungai Mentaya pun kering kerontang. “Sudah beberapa hari ini sungai benar-benar kering, tidak ada airnya. Ini ancaman, karena kalau ada api, tidak ada sumber air untuk memadamkan,” kata Puryanto, warga Desa Luwuk Bunter, Kamis (31/7).

Menurutnya, warga kini terpaksa menggali sumur bor dan membuat embung untuk menampung air seadanya, sambil berharap hujan turun dalam waktu dekat. “Kami berdoa semoga ada hujan, sehingga parit-parit terisi air dan embung penuh. Kalau kekeringan terus terjadi, kami khawatir kebakaran hutan makin rentan,” ujarnya.

Warga lainnya, Sarwino, bahkan sudah membuat sekitar 30 titik sumur di kebunnya sebagai langkah antisipasi. Upaya itu menguras biaya hingga jutaan rupiah. “Kami bikin sumur di semua sudut dan batas kebun. Karena pengalaman sebelumnya, saat musim kemarau masalah utamanya adalah kekurangan air bersih,” katanya.

Selain sumur, warga juga menyiapkan peralatan pemadaman seadanya. Namun, mereka berharap ada bantuan pemerintah untuk pengadaan sarana pemadam. “Bencana karhutla ini sudah bisa dihitung dan diprediksi, jadi penanganannya seharusnya lebih terukur agar bisa dicegah maksimal,” ujar Sarwino.

Ia juga menegaskan, jika karhutla terjadi, bukan lagi ulah peladang tradisional. “Sekarang peladang sudah tidak ada, khususnya yang dulu membuka lahan dengan cara bakar,” tambahnya.

Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotim terus siaga penuh menghadapi ancaman karhutla. Kepala Pelaksana BPBD Kotim, Multazam, menyebut timnya kerap dikerahkan ke lokasi kebakaran dalam beberapa hari terakhir.

Pada 29 Juli lalu, misalnya, tim melakukan dua kali pemadaman di Kecamatan Baamang. “Pemadaman pertama pukul 14.00 WIB dengan luas lahan terbakar sekitar 0,5 hektare. Malam harinya pukul 21.10 WIB, tim kembali melakukan pemadaman di lokasi berbeda di jalur yang sama dengan luas terbakar sekitar tiga hektare,” jelas Multazam.

Ia mengimbau masyarakat waspada dan tidak melakukan aktivitas pembakaran lahan. “Sekecil apa pun api bisa membesar dalam waktu singkat, terutama di lahan gambut. Kami minta kerja sama semua pihak untuk mencegah kebakaran,” tegasnya. []

Redaksi10

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com