SAMBAS – Kain tenun songket khas Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat sudah sangat dikenal hingga luar negeri. Kerajinan tradisional yang mengangkat budaya daerah ini, dilakukan secara turun temurun di Desa Sumber Harapan, Kecamatan Sambas, Kabupaten Sambas. Untuk mewujudkannya, menjalankan usahanya sekaligus melestarikan budaya. Kegiatan intens itu juga dilakukan Masnita, perempuan baya pemilik 2 Tenun Sambas Dinta, yang produksinya telah menembus pasar global. “Saya bantuan bisa berkembang seperti sekarang, karena adanya modal dari Bank Kalbar Syariah,” tutur Masnita.
Usaha Tenun Sambas Dinta dilakoni Masnita secara turun temurun, dari nenek hingga orangtuanya. Namun, di tangan Masnita, usaha ini semakin berkembang. Produksinya tidak hanya kain tenun songket khas Sambas saja, tapi ada juga aksesoris lain seperti kopiah, tanjak, tas, baju. dekorasi dinding dan aksesoris lain, berciri khas karena berbalut kain tenun. Masnita mengaku, semula dia hanya memproduksi sekitar 20 kain tenun saja. Namun, setelah mendapatkan bantuan pinjaman modal dari Bank Kalbar Syariah, produksinya melesat dua kali lipat. “Masalah pelaku usaha seperti saya, adalah di permodalan. Saya tidak mampu memenuhi permintaan pasar yang banyak, karena tidak memiliki modal produksi. Untuk itu saya memberanikan diri melakukan pinjaman modal di Bank Kalbar Syariah. Alhamdulillah, ternyata persyaratan dan angsurannya murah. Sekarang produksi kain songket saya bisa semakin berkembang,” kata Masnita.
Usaha Tenun Sambas Dinta berlokasi di Jalan Semberang Dusun Semberang 1, Desa Sumber Harapan Kecamatan Sambas, Kabupaten Sambas. Selain dipasarkan secara lisan, Masnita juga sudah memasuki dunia digital. Semua produknya juga dijual melalui medsos dan marketplace. Konsumennya berdatangan dari lokal dan nasional, juga dari berbagai negara, di antaranya Malaysia dan Brunei Darussalam.
Tenun pucuk rebung, merupakan salah satu produksi Dinta yang paling laris. Ini merupakan motif wastra khas Melayu Sambas yang memiliki makna filosofis sebagai pengingat untuk terus maju dan bersemangat, seperti halnya pucuk rebung yang terus bertumbuh. Ada lagi kain songket benang emas, karena berwarna emas dan melambangkan kesuksesan serta nilai yang tinggi. “Warna keemasan dari kain songket, menunjukkan kekayaan suatu daerah dan motif pucuk rebung menjadi nilai keunikan dari suatu kain, yang bermakna terus berinovasi,” ujar Masnita.
Dia berharap kerajinan tradisional yang mengangkat budaya daerah ini, bisa terus dilindungi dan dilestarikan. Untuk itu para perajinnya memerlukan kemitraan, terutama dukungan dari perbankan. “Karena bisnis ini dilanjutkan secara turun temurun, kami para perajin di daerah memiliki kendala di permodalan. Kami hanya bisa berhasil jika mendapatkan dukungan modal. Saya sendiri merasa bersyukur memperoleh kucuran pembiayaan dari Bank Kalbar Syariah. Saya berharap, pelaku usaha kecil memanfaatkan Bank Kalbar dalam pengembangan usahanya, karena persyaratan dan angsurannya murah,” ujar Masnita. []
Redaksi09