SINGAPURA– Kementerian Dalam Negeri (MHA) Singapura memastikan bahwa akademisi asal Indonesia, Muhammad Zulfikar Rakhmat, menjadi sasaran “interogasi dan pemeriksaan saat kedatangan” di Bandara Changi dalam dua kesempatan berbeda sepanjang tahun 2023. Prosedur ini dilakukan karena yang bersangkutan telah “menarik perhatian keamanan kami,” kata MHA pada Kamis, 15 Mei 2025.
Dalam tanggapan resmi kepada Channel News Asia pada Jumat, 16 Mei 2025, MHA menyebutkan, “Misalnya, ia telah membuat unggahan daring yang mendukung tindakan ISIS.” Meski demikian, pada kedua insiden tersebut, Zulfikar akhirnya diizinkan masuk Singapura dan menaiki penerbangan berangkat keesokan harinya.
MHA menegaskan bahwa pihaknya “tidak akan ragu mengambil tindakan, termasuk melakukan pemeriksaan dan wawancara di pos pemeriksaan, atau bahkan menolak masuk ke Singapura, terhadap orang asing yang dianggap dapat menimbulkan ancaman keamanan bagi negara dan masyarakat kami.” Mereka menambahkan bahwa “masuk ke Singapura adalah hak istimewa, bukan hak, dan orang asing tidak boleh berharap secara otomatis diberikan izin masuk tanpa pemeriksaan sesuai kebutuhan keamanan.”
Dalam artikel yang diterbitkan situs Middle East Monitor, yang menyebut dirinya sebagai lembaga penelitian media independen, Dr. Zulfikar mengungkapkan bahwa dirinya pernah “ditahan dan diinterogasi di Bandara Changi” sebanyak dua kali sepanjang 2023. Ia mengaitkan tindakan tersebut dengan pekerjaannya sebagai akademisi dan jurnalis yang menulis soal urusan Timur Tengah, terutama Palestina.
Insiden pertama terjadi pada Februari 2023, saat Zulfikar transit di Singapura bersama istrinya dalam perjalanan kembali ke Indonesia dari Korea Selatan. Ia mengaku dihentikan di imigrasi, dibawa ke ruang interogasi, dan ditanya mengenai latar belakang, riwayat perjalanan di Timur Tengah, serta aktivitas akademis dan jurnalistiknya. Zulfikar juga mengklaim bahwa teleponnya disita dan diperiksa.
Insiden kedua berlangsung pada September 2023 ketika ia melewati Singapura dalam penerbangan dari Korea Selatan ke Indonesia. Situs Middle East Monitor menyebutkan bahwa Dr. Zulfikar adalah Direktur bagian Indonesia-Timur Tengah dan Afrika Utara di Pusat Studi Ekonomi dan Hukum (CELIOS) Jakarta, serta afiliasi penelitian di Middle East Institute, National University Singapore (NUS).
Di laman NUS Middle East Institute, Zulfikar tercantum sebagai penerima kehormatan departemen penelitian dan dijelaskan sebagai profesor riset di Busan University of Foreign Studies. Ia memiliki sejumlah publikasi dan pendapatnya pernah dimuat di media internasional seperti The Diplomat, Asia Sentinel, dan The Conversation.[]
Redaksi12