Unair Ingatkan, AI Tak Bisa Gantikan Sentuhan Manusia

JAWA TIMUR – Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) kini kian cepat dan masif, hingga menyentuh hampir seluruh aspek kehidupan, termasuk dunia pendidikan. Di tengah kekhawatiran sebagian pihak bahwa AI dapat menggantikan peran guru dan dosen, Guru Besar Sosiologi Pendidikan dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga, Prof. Tuti Budirahayu, mengajak masyarakat untuk menyikapi fenomena ini secara bijak.

Menurut Prof. Tuti, hadirnya AI tidak dapat dihindari, sebab merupakan bagian dari kemajuan zaman yang mesti dihadapi. “Kita coba merangkul atau mengenal lebih dekat dan sekaligus melihat kemungkinan untuk ikut mengembangkan dan memanfaatkan sebaik-baiknya. Akan tetapi tidak meninggalkan jati diri kita sebagai manusia,” ujarnya, dikutip dari laman resmi Unair, Selasa (6/5/2025).

Ia menekankan bahwa manusia yang dibekali akal dan kecerdasan seharusnya menjadikan AI hanya sebagai alat bantu, bukan sebagai pengganti peran utama dalam proses pendidikan. Kekhawatiran bahwa AI akan mengambil alih tugas guru maupun dosen dianggapnya berlebihan. “Artinya kita sebagai manusia, kalau semua bergantung pada robot atau AI, maka jati diri kita akan hilang,” tegasnya.

Meski AI memiliki kemampuan dalam mengolah dan menyajikan informasi dengan cepat, Prof. Tuti menilai peran pendidik tetap tak tergantikan, terutama dalam hal membimbing dan membentuk karakter peserta didik. “AI dapat membantu menjadi semacam guidance. Kita yang kemudian mengembangkan menjadi suatu hal yang lebih berbobot atau lebih ada jiwanya,” ucapnya.

Ia juga menyoroti pentingnya sikap aktif dalam menghadapi perkembangan teknologi. Menurutnya, pendidik harus terus belajar dan beradaptasi, bukan malah bergantung sepenuhnya pada teknologi. “Saya rasa kita sebagai manusia harus terus berkembang, bukannya diam karena pakai AI. Harus terus mengembangkan diri dan belajar mencari dari berbagai sumber dan berinteraksi dengan banyak orang,” ujarnya.

Lebih jauh, Prof. Tuti percaya bahwa pengalaman hidup dan interaksi sosial yang dimiliki manusia tetap menjadi nilai lebih yang tak dapat digantikan oleh AI. “Apakah itu akan disamai oleh AI, saya rasa tidak. Jadi yang perlu dimiliki adalah rasa curiosity untuk terus belajar dan mencari,” katanya.

Ia pun menekankan pentingnya kolaborasi antar generasi dalam menghadapi perubahan zaman. “Kami yang lebih senior punya pengalaman. Teman-teman yang masih muda punya pengetahuan lebih. Itu kita kolaborasikan,” tambahnya.

Mengakhiri pernyataannya, Prof. Tuti berpesan agar para pendidik tidak larut dalam kenyamanan teknologi. “Karena sesuatu yang kita kerjakan kalau tidak ada sisi kemanusiannya, maka tidak akan berbobot,” tuturnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com
X