BONTANG – Polemik seputar penyaluran dana hibah pembinaan olahraga berdampak langsung pada persiapan Badan Pembina Olahraga Pelajar Seluruh Indonesia (Bapopsi) Kota Bontang dalam menghadapi ajang Pekan Olahraga Pelajar Daerah (Popda) yang dijadwalkan berlangsung Oktober 2025 mendatang.
Ketua Harian Bapopsi Bontang, Lugito Budi, mengungkapkan bahwa anggaran senilai Rp1 miliar yang dialokasikan dalam pos hibah, seharusnya digunakan untuk mendukung pemusatan latihan (training center/TC) para atlet, serta pengadaan perlengkapan penunjang latihan dan pertandingan. “Jadi selain TC, anggaran hibah itu untuk pengadaan perlengkapan latihan seperti bola dan sebagainya. Termasuk untuk seragam kontingen yang berangkat,” jelas Lugito, Selasa (24/06/2025).
Ia menambahkan bahwa kebutuhan keberangkatan atlet dan official telah diakomodasi dalam anggaran Dinas Pemuda, Olahraga, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif (Dispoparekraf) Bontang. Namun, keterlambatan pencairan dana hibah dapat berdampak serius pada keberlangsungan program pembinaan atlet yang sudah dirancang sejak jauh hari.
Jika kepastian pencairan tidak segera didapatkan, Lugito menyebut pihaknya akan tetap menjalankan program TC secara mandiri. Namun hal ini tentu akan membatasi ruang gerak, termasuk dalam hal fasilitas dan intensitas latihan.
Bapopsi berharap legal opinion dari aparat penegak hukum dapat segera keluar sebagai landasan hukum untuk pencairan hibah. “Kalau didapatkan maka bisa berjalan sesuai rencana. Seharusnya TC itu mulai Juni. Durasinya selama empat bulan,” ujarnya.
Popda 2025 akan mempertandingkan 14 cabang olahraga dengan jumlah kontingen dari Bontang sebanyak 268 atlet. Pada edisi sebelumnya di Paser tahun 2022, Bontang berada di peringkat keenam dengan perolehan 12 emas, 14 perak, dan 32 perunggu.
Tahun ini, target meningkat. Bapopsi membidik posisi lima besar dengan raihan 16 medali emas. Seluruh atlet telah melalui proses seleksi ketat sejak akhir tahun lalu. Penanganan dilakukan oleh masing-masing pengurus cabang olahraga, sementara untuk cabor beregu, atlet diarahkan melalui klub-klub olahraga. “Sesuai ketentuan, atlet yang bisa turun lapangan ialah kelahiran 2008 atau saat ini maksimal menempati bangku pendidikan kelas XII,” pungkas Lugito.
Dengan waktu yang semakin sempit menuju Popda, Bapopsi berharap agar semua pihak bergerak cepat dan mendukung kepastian hukum terkait penyaluran hibah, agar proses pembinaan atlet tidak terganggu dan target prestasi dapat tercapai. []
Admin 02