IFBC 2025 Jadi Ajang Pemacu Rasio Wirausaha Nasional

BALIKPAPAN – Kementerian Perdagangan (Kemendag) Republik Indonesia menargetkan peningkatan rasio kewirausahaan nasional dari 3,4 persen menjadi minimal 4 persen pada tahun 2029. Upaya ini dinilai strategis guna mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional serta mendorong transformasi Indonesia menuju negara maju. “Baru 3,4 persen. Kita dorong agar naik menjadi 4 persen, seperti negara-negara maju lainnya,” ujar Direktur Bina Usaha Perdagangan Kemendag, Septo Soepriyatno, saat membuka pameran bisnis nasional Info Franchise & Business Concept (IFBC) 2025 di BSCC Dome, Balikpapan, Jumat (20/06/2025).

Untuk merealisasikan target tersebut, Kemendag mengusung strategi kolaboratif berbasis pendekatan pentahelix, melibatkan lima elemen penting: akademisi, pelaku usaha, komunitas, media, dan pemerintah.

Septo menjelaskan, kerja sama dengan perguruan tinggi akan difokuskan pada pengembangan program inkubator bisnis agar lebih banyak inovator muda yang lahir. Sementara itu, kolaborasi dengan komunitas wirausaha diharapkan dapat memperluas jangkauan pembinaan dan memberikan dukungan kepada pelaku usaha pemula. “Komunitas-komunitas ini kami harapkan bisa mendorong tumbuhnya lebih banyak wirausaha baru, bahkan mungkin lebih aktif dari pemerintah itu sendiri,” ujarnya.

Selain peran pusat, ia menekankan pentingnya keterlibatan aktif pemerintah daerah. Menurutnya, upaya pengembangan kewirausahaan tidak bisa hanya ditangani oleh pemerintah pusat. Dinas-dinas di daerah, seperti dinas perdagangan, koperasi, dan UMKM, perlu bergerak sejalan dengan visi pembangunan nasional. “Tidak bisa hanya pemerintah pusat yang bergerak. Dinas perdagangan, koperasi, dan UMKM di daerah juga harus memiliki visi dan langkah yang sejalan,” tegas Septo.

Untuk memperkuat karakter kewirausahaan sejak dini, Kemendag turut mendorong integrasi program pendidikan berbasis proyek di bawah kebijakan Sekolah Merdeka. Melalui pendekatan ini, siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) dilatih mengerjakan proyek-proyek nyata yang mengasah kemandirian, kreativitas, dan kemampuan problem-solving. “Sikap mandiri, kreatif, dan solutif harus ditanamkan sejak dini agar mereka siap menghadapi dunia usaha,” jelasnya.

Pemerintah juga menilai skema waralaba (franchise) sebagai salah satu pendekatan yang efektif untuk mencetak wirausaha baru. Menurut Septo, model bisnis waralaba sangat sesuai bagi pemula karena memiliki sistem yang telah teruji dan terstandarisasi. “Franchise itu mempermudah orang memulai bisnis, tapi tentu harus sesuai standar, terutama soal lokasi. Jangan sampai usaha fotokopi malah dibuka di tengah sawah,” pungkasnya.

Dengan kolaborasi lintas sektor yang kuat dan strategi terintegrasi, pemerintah optimistis dapat meningkatkan jumlah wirausaha nasional secara signifikan, sekaligus memperkokoh fondasi ekonomi menuju Indonesia Emas 2045. []

Penulis: Desy Alfy Fauzia | Penyunting: Rasidah S.M

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com