BONTANG – Wali Kota Bontang, Neni Moerniaeni, mengambil langkah cepat untuk mengatasi kemiskinan ekstrem di wilayahnya. Langkah tersebut diambil setelah melihat urgensi masalah sosial ini, dengan membentuk satuan tugas (satgas) yang langsung dipimpin oleh Wali Kota sendiri.
Dalam sambutannya pada acara Gerakan Pangan Murah yang diadakan pada Senin (03/03/2025), Neni mengungkapkan bahwa penanganan kemiskinan ekstrem menjadi salah satu prioritas dalam program 100 hari kerjanya bersama Wakil Wali Kota Agus Haris.
“Hari ini, saya bersama Sekretaris Kota dan eselon dua langsung membentuk satgasnya. Ketuanya adalah saya langsung,” kata Neni dengan tegas.
Wali Kota Bontang itu juga menambahkan bahwa tujuan utama dari program tersebut adalah menurunkan angka kemiskinan ekstrem, bahkan ia menargetkan untuk mencapai “zero kemiskinan ekstrem” di kota yang dipimpinnya. Selain itu, Neni juga telah melakukan koordinasi dengan sejumlah perusahaan yang ikut berperan dalam mengatasi masalah ini. Salah satunya, PT. Kaltim Methanol Industri (KMI), yang bersedia menjadi orangtua asuh bagi enam keluarga miskin di kawasan Loktuan.
“KMI sudah bersedia menjadi orangtua asuh bagi 17 orang yang termasuk dalam kategori miskin ekstrem. Ini adalah langkah yang luar biasa dalam menciptakan keberpihakan terhadap warga yang membutuhkan,” jelas Neni.
Rencana pemberian bantuan bulanan bagi warga miskin ekstrem juga segera dijalankan. Namun, Neni menyebutkan bahwa program ini akan dimasukkan dalam pergeseran anggaran sebelum perubahan anggaran daerah (APBD) dilakukan.
“Program untuk warga miskin harus masuk dalam RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah) terlebih dahulu, baru dapat dieksekusi,” tambahnya.
Menurut Neni, pihaknya juga telah melakukan pengecekan langsung ke lapangan, dan mendapati bahwa beberapa warga yang termasuk dalam kategori miskin ekstrem tidak memiliki jamban atau tempat tinggal yang layak. Berdasarkan data terbaru, terdapat 149 jiwa dari 42 Kepala Keluarga (KK) yang tergolong miskin ekstrem di Bontang, tersebar di tiga kecamatan.
Sebagian besar warga miskin ekstrem tersebut berada di Kecamatan Bontang Selatan, dengan 82 jiwa dari 23 KK. Kelurahan Berebas Tengah menjadi wilayah yang paling banyak mencatatkan angka kemiskinan ekstrem, yakni 42 jiwa dari 12 KK. Kecamatan Bontang Utara mencatatkan 59 jiwa dari 16 KK, sedangkan Bontang Barat memiliki 8 jiwa dari 3 KK yang termasuk dalam kategori tersebut.
Dengan adanya satgas dan berbagai langkah konkret ini, diharapkan penanganan kemiskinan ekstrem di Bontang dapat lebih cepat dan efektif, serta memberikan perubahan signifikan bagi warganya. Wali Kota Neni juga berharap, dengan kolaborasi bersama sektor swasta dan masyarakat, target untuk mengentaskan kemiskinan ekstrem dapat tercapai dengan optimal. []
Redaksi03