KEPULAUAN RIAU – Aksi penggusuran di wilayah Kampung Tower dan Kampung Kolam Kabil, Kelurahan Batu Besar, Kecamatan Nongsa, Kota Batam, kembali memicu gejolak. Warga yang mempertahankan hak atas tempat tinggalnya diduga menghadapi penggusuran paksa oleh pihak yang berkaitan dengan korporasi besar.
Sebuah video memilukan viral di media sosial X (sebelumnya Twitter) pada Senin pagi (21/04/2025), memperlihatkan seorang ibu tertimbun tumpukan tanah dari truk saat berusaha menghentikan proses penggusuran. Video tersebut diunggah akun @neVerAl0nely dan langsung memantik reaksi publik.
Dalam video tersebut, tampak seorang ibu berdiri tegak menghadang tumpukan tanah besar. Di belakangnya, sebuah alat berat jenis bulldozer terlihat siaga, siap meratakan lahan yang selama ini dihuni warga. Tulisan dalam unggahan tersebut menyuarakan kegelisahan publik:
“AKSI PREMANISME KEPADA WARGA, seorang ibu rela tertimbun tanah karena mempertahankan haknya, lokasi di KAMPUNG KOLAM KABIL Kecamatan NONGSA KOTA BATAM.”
Narasi yang menyertai unggahan itu menyebutkan bahwa warga, terutama kaum ibu, memilih berdiri di garis depan menghadang alat berat demi mempertahankan rumah mereka dari kehancuran. Namun perjuangan mereka bukan hanya terhadap mesin, melainkan juga menghadapi tekanan psikologis dari sejumlah orang yang diduga preman bayaran.
“Kami hanya ingin tetap tinggal di tanah kami. Tapi yang kami hadapi bukan hanya truk, tapi juga orang-orang yang ingin menakut-nakuti,” ujar salah satu warga yang meminta identitasnya dirahasiakan.
Menurut informasi lapangan, lokasi permukiman warga berada tak jauh dari kawasan Nongsa Digital Park—proyek raksasa yang mengusung Batam sebagai kota masa depan di bidang digital dan teknologi. Ironisnya, di tengah gencarnya pembangunan dan promosi investasi, hak-hak warga kecil justru terpinggirkan.
Insiden tertimbunnya seorang ibu oleh tanah saat berusaha menghentikan truk pengangkut material, menyorot tajam persoalan keadilan dan keberpihakan pemerintah. Banyak warganet mempertanyakan keberadaan negara dalam konflik lahan semacam ini. Mereka menilai pemerintah daerah tidak tampil sebagai pelindung hak-hak rakyatnya.
Aksi heroik warga ini mengingatkan pada perjuangan Kartini yang memperjuangkan hak dan keberanian perempuan, hanya saja dalam konteks hari ini, perjuangan itu berhadapan langsung dengan alat berat dan kekuatan modal.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada pernyataan resmi dari pemerintah daerah maupun pihak pengembang proyek terkait dugaan penggusuran paksa tersebut. []
Redaksi03