Menteri Jepang Minta Maaf Usai Komentar Soal Beras

TOKYO – Menteri Pertanian Jepang, Taku Eto, menyampaikan permintaan maaf secara terbuka pada Senin (19/05/2025) setelah komentarnya mengenai ketersediaan beras pribadi menuai kecaman luas dari publik. Pernyataan Eto yang menyebut dirinya “tidak pernah perlu membeli beras” dinilai tidak sensitif di tengah keresahan masyarakat atas lonjakan harga bahan pokok tersebut.

Komentar tersebut disampaikan Eto dalam sebuah acara penggalangan dana politik pada Minggu, dan pertama kali dilaporkan oleh Media. Penyebaran rekaman pernyataan itu melalui berbagai saluran media, termasuk tayangan dari stasiun penyiaran publik NHK, memperlihatkan momen ketika Eto menyampaikan bahwa ia tidak perlu membeli beras karena mendapatkannya dari para pendukung sebagai hadiah. Ia bahkan mengungkapkan, “punya cukup banyak beras hingga bisa dijual.”

Dalam penjelasannya kepada awak media, Eto mengaku sempat ditegur oleh istrinya melalui telepon terkait stok beras mereka di rumah. “Kami hanya berdua, jadi biasanya memang cukup (beras), tapi dia bilang kalau beras habis, dia tetap pergi membelinya,” ucapnya seperti dikutip Reuters.

Pernyataan tersebut memicu kemarahan publik, terutama di media sosial, yang menilai Eto tidak memiliki empati terhadap warga yang sedang terdampak kenaikan harga beras. “Anda sudah tamat. Cepat mundur!” tulis salah satu pengguna platform X, merespons pernyataan sang menteri.

Dalam konferensi pers, Eto meminta maaf dan mengakui bahwa ucapannya adalah bentuk keliru dalam bertutur. Ia menyebut ada kemungkinan dirinya melebih-lebihkan cerita demi mencairkan suasana dalam acara, namun menghindari pertanyaan terkait kemungkinan pengunduran diri.

Kontroversi ini muncul pada saat isu harga beras menjadi salah satu perhatian utama masyarakat Jepang. Harga eceran beras sempat turun setelah 18 pekan berturut-turut mengalami kenaikan, namun kembali naik pada pekan yang berakhir 11 Mei. Rata-rata harga untuk kemasan lima kilogram mencapai 4.268 yen atau sekitar Rp484 ribu, meningkat 54 yen dari pekan sebelumnya.

Kenaikan tersebut didorong oleh kombinasi cuaca ekstrem yang merusak panen dan peningkatan permintaan dari sektor pariwisata. Meskipun pemerintah telah berupaya menstabilkan harga dengan mengeluarkan stok darurat sejak Maret, dampaknya masih belum signifikan.

Survei terbaru yang dilakukan Kyodo News menunjukkan penurunan dukungan terhadap pemerintahan Perdana Menteri Shigeru Ishiba, dengan hanya 27,4 persen responden yang menyatakan puas. Hampir 90 persen responden menyatakan ketidakpuasan terhadap langkah pemerintah dalam merespons krisis harga beras.

Pernyataan Eto, yang muncul di tengah kondisi ini, berpotensi memperburuk posisi Partai Demokrat Liberal (LDP) menjelang pemilu majelis tinggi yang dijadwalkan berlangsung pada Juli mendatang. []

Redaksi11

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com