Rupiah Terdepresiasi 144 Poin, Kini Rp16.448 per Dolar AS

JAKARTA – Nilai tukar rupiah mengalami pelemahan signifikan pada penutupan perdagangan di Jakarta pada hari Jumat (31/01/2025), tergerus 144 poin atau setara dengan 0,88 persen menjadi Rp16.448 per dolar Amerika Serikat (AS). Sebelumnya, rupiah tercatat berada di posisi Rp16.304 per dolar AS.

Selain itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia pada hari Senin juga tercatat melemah ke angka Rp16.453 per dolar AS, turun dari posisi sebelumnya di Rp16.312 per dolar AS.

Kepala Ekonom Permata Bank, Josua Pardede, menjelaskan bahwa penyebab utama pelemahan rupiah adalah penguatan dolar AS, yang didorong oleh pernyataan Presiden AS, Donald Trump, yang kembali menegaskan ancaman tarif terhadap Kanada dan Meksiko.

“Pernyataan Presiden Trump mengenai ancaman tarif terhadap negara-negara tersebut menyebabkan penguatan dolar AS dan turut melemahkan kurs rupiah,” ujarnya di Jakarta, Senin (03/02/2025).

Donald Trump diketahui telah menandatangani perintah eksekutif yang memberlakukan tarif sebesar 25 persen terhadap barang-barang impor dari Kanada dan Meksiko. Selain itu, tarif 10 persen juga diterapkan pada barang-barang dari China.

Trump juga mengisyaratkan pemberlakuan tarif untuk sejumlah produk lainnya, termasuk aluminium, farmasi, serta minyak dan gas. Ia menyatakan bahwa kebijakan ini akan mulai berlaku efektif pada Selasa (04/02/2025), namun tidak akan berdampak signifikan terhadap inflasi domestik.

Pengumuman tersebut semakin meningkatkan ketidakpastian pasar keuangan global, yang memicu penguatan dolar AS terhadap mata uang lainnya, termasuk rupiah.

Josua Pardede menambahkan, “Rupiah melemah karena meningkatnya ketidakpastian mengenai kebijakan tarif AS yang berpotensi memengaruhi ekonomi global.”

Selain faktor kebijakan tarif, data ekonomi AS juga turut memberikan tekanan pada rupiah. Pada bulan Desember 2024, Personal Consumption Expenditures (PCE) Price Index AS tercatat mengalami kenaikan dari 2,4 persen menjadi 2,6 persen year-on-year (yoy), sejalan dengan ekspektasi pasar.

Personal Spending AS di bulan yang sama juga mencatatkan angka yang lebih tinggi, yakni naik sebesar 0,7 persen, melampaui estimasi pasar yang hanya sebesar 0,5 persen. Peningkatan ini mencerminkan permintaan konsumen yang kuat, yang pada gilirannya turut mendukung penguatan dolar AS.

Secara keseluruhan, faktor eksternal seperti kebijakan tarif AS dan data ekonomi yang lebih kuat tersebut memberi dampak langsung pada pelemahan rupiah.

Ke depannya, ketidakpastian global yang dipicu oleh kebijakan AS akan terus mempengaruhi pergerakan mata uang global, termasuk rupiah. []

Redaksi03

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com