Rupiah Tak Stabil, Trump Jadi Pemicu

JAKARTA – Periode kedua kepemimpinan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) dinilai membawa volatilitas “luar biasa besar” bagi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Hal ini diungkapkan Chief Economist Bank Mandiri, Andry Asmoro, dalam Mandiri Economic Outlook kuartal II-2025, Senin (19/05/2025). Menurutnya, fluktuasi mata uang Indonesia tersebut lebih ekstrem dibandingkan masa jabatan pertama Trump pada 2016-2020.

“Volatilitas di era Trump 2.0 ini luar biasa. Pergerakannya tidak mengikuti tren satu arah, tetapi berayun turun-naik secara tajam,” jelas Andry. Ia menambahkan, kondisi ini berpotensi meningkatkan fee-based income divisi treasury perbankan, meski mempersulit prediksi posisi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Di sisi lain, Andry menyoroti penurunan indeks dolar AS (DXY) yang lebih dalam dibanding periode pertama Trump. Fenomena ini disebutnya dapat meredakan tekanan terhadap rupiah. “Pressure pada nilai tukar rupiah seharusnya relatif lebih ringan ke depan. Meski volatilitas tetap ada, kesepakatan dagang yang terjalin dapat memberikan sentimen positif,” ujarnya.

Analisis lebih lanjut menunjukkan, pelemahan dolar AS berpeluang mendorong arus modal asing masuk ke pasar negara berkembang, termasuk Indonesia. Namun, Andry mengingatkan bahwa periode kedua Trump juga menghadirkan tantangan bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). “Di era pertama Trump, pergerakan IHSG relatif stabil dan satu arah. Kini, volatilitasnya sangat besar. Sempat turun signifikan karena pasar mencerna growth story tiap negara, lalu rebound,” paparnya.

Perbandingan data menunjukkan, pada periode 2016-2020, IHSG bergerak dalam tren bullish seiring kebijakan fiskal ekspansif Trump. Sementara di kuartal pertama 2025, indeks tercatat fluktuatif dengan kisaran 7.200-7.800, dipengaruhi ketidakpastian kebijakan perdagangan AS dan respons pasar terhadap risiko geopolitik.

Meski demikian, Andry menilai peluang tetap terbuka. “Volatilitas tinggi bisa dimanfaatkan pelaku pasar dengan strategi hedging yang tepat. Selain itu, arus modal asing yang masuk ke instrumen surat utang negara (SUN) dan saham blue-chip akan menjadi penopang,” tambahnya.

Bank Mandiri memproyeksikan nilai tukar rupiah berada pada kisaran Rp15.200-Rp15.800 per dolar AS sepanjang kuartal II-2025, dengan catatan pemerintah konsisten menjaga stabilitas melalui intervensi terukur dan koordinasi kebijakan moneter-fiskal. []

Redaksi11

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com