MAHAKAM ULU – Pelaksanaan Adat Dangai oleh sub suku Bahau di Kampung Long Pahangai, Kabupaten Mahakam Ulu, tahun ini kembali memperlihatkan kekayaan budaya lokal yang hidup dan terus dijaga oleh masyarakat. Lebih dari sekadar prosesi adat, kegiatan tersebut mencerminkan semangat gotong royong dan kemandirian masyarakat, khususnya dalam hal pembiayaan acara yang berlangsung sejak akhir Juni hingga awal Juli 2025.
Ketua Umum pelaksana kegiatan, Yohanes Belawan, menyampaikan bahwa penyelenggaraan Adat Dangai pada tahun ini sepenuhnya dibiayai secara mandiri oleh masyarakat. Berbagai pihak turut terlibat, mulai dari para peserta, keluarga besar masyarakat adat, hingga pemerintah kampung yang ikut memberikan dukungan dana dan logistik.
“Total anggaran yang sudah terhimpun mencapai sekitar Rp160 juta. Ini berasal dari sumbangan peserta, donatur keluarga besar, serta bantuan dari pemerintah kampung Lompangai I dan II,” ungkapnya.
Dana yang terkumpul itu sebagian besar berasal dari iuran para peserta, yang dibagi ke dalam sembilan kelompok. Setiap kelompok dikenakan iuran wajib sebagai bentuk tanggung jawab dan komitmen bersama demi keberhasilan kegiatan adat tersebut. Selain itu, donatur dari lingkungan keluarga besar masyarakat juga memberikan kontribusi yang signifikan, begitu pula dengan pemerintah kampung yang membantu memenuhi kebutuhan teknis dan logistik selama acara berlangsung.
“Ini betul-betul kegiatan swadaya. Dari peserta untuk peserta. Bahkan untuk kebutuhan kesehatan pun ditanggung bersama,” jelas Yohanes.
Ia menambahkan bahwa walaupun pelaksanaan berjalan lancar berkat partisipasi masyarakat, harapan terhadap perhatian dari pemerintah kabupaten tetap disuarakan. Dukungan dari pemerintah daerah dinilai penting untuk menjamin kelestarian warisan budaya seperti Adat Dangai di masa mendatang.
“Ke depan kami sangat berharap dukungan dari pemerintah kabupaten agar adat seperti ini terus hidup dan tidak punah,” harapnya.
Ritual Adat Dangai merupakan salah satu prosesi penting dalam budaya Bahau yang diwariskan turun-temurun. Kegiatan ini bukan hanya menjadi bagian dari pelestarian budaya, tetapi juga sarana mempererat solidaritas sosial dan meneguhkan kembali hubungan spiritual antara manusia dan alam. Dalam setiap pelaksanaannya, nilai-nilai kearifan lokal terus diajarkan dan ditanamkan kepada generasi muda sebagai upaya menjaga jati diri masyarakat adat Bahau di tengah arus modernisasi yang semakin kuat.[]
Admin05